BERITAPRESS, PALEMBANG | Pengurangan bahan bakar bio solar dari Pertamina ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), menyulitkan kendaraan untuk mengisi bahan bakar tersebut.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Sumatera Selatan (Kadin Sumsel), H Affandi Udji, mengatakan pengurangan bahan bakar minyak jenis bio solar itu kian memperpanjang antrean mobil di sepanjang jalan umum.
“Saya berharap agar pihak Pertamina bisa meninjau ulang kebijakan penguranhan bio solar tersebut. Jika anteran kendaraan pengisi BBM jenis solar itu makin memanjang, kita khawatir akan membahayakan para pemakai jalan yang lainnya,” ujar Affandi Udji, di ruang kerjanya, Kamis (18/1/2024).
Selain adanya pengurangan distribusi bio solar ke stasiun bahan bakar minyak, setiap pengisi harus memperlihatkan barkot kepada petugas SPBU. Akibatnya, setiap pengisi bio solar akan antre berjam-jam.
“Ini yang membuat antrean menjadi panjang hingga ke jalur umum. Kondisi ini sangat berbahaya,” ujar Affandi.
Karena itu Affandi meminta agar pihak Pertamina mempertimbangkan kembali kebijakan pengurangan BBM jenis bio solar tersebut.
Yang membuat Ketua Kadin Sumsel itu prihatin, dalam antrean tersebut terdapat kendaraan mewah seperti Pajero dan Toyota Fortuner sejenisnya keluaran tahun 2022.
Seharusnya, kata Affandi, kendaraan-kendaraan mewah seperti itu tidak diperkenan memasuki wilayah antrean.
“Pemilik mobil-mobil mewah tersebut harusnya menggunakan BBM jenis dexlike, atau Pertamina Dex yang standarisasinya 5 euro perliter.
Karena itu Affandi berharap kepada Pertamina –melalui DPR– bisa menambah kuota BBM jenis bio solar, sehingga tak terjadi antrean panjang di jalan-jalan umum. (*)
Laporan Anto Narasoma