BERITAPRESS, PALEMBANG | Institute For Essential Services Reform (IESR), bersama pemerintah Provinsi Sumsel dalam hal ini Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Sumsel. Melaksanakan kegiatan loka Karya kepada jurnalis di Palembang dalam memahami keberlangsungan energi baru dan regulasi energi saat ini.
Direktorat Jenderal Energi Baru terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM melalui stafnya Diah Permata Sari mengatakan, ini merupakan langkah pertama dalam membuat ketahanan energi. Untuk langkah pertama dalam 5 tahun pertama tahun 2025-2029. Pada dasarnya berfokus pada bagaimana untuk membangun regulasi tidak juga kelembagaan yang cukup kuat tapi semua unsur di dalamnya.
“Ya karena untuk 5 tahun pertama ini kami menyadari bahwa masih perlu banyak pondasi-kondasi yang harus diperkuat contohnya untuk pengembangan energi baru dan lain sebagainya,” kata Diah Selasa (22/10/2024), secara virtual di Fave Hotel Palembang.
Sehingga harapan di tahap satu ini dapat di lihat beberapa strategisnya diantaranya adalah penerapan CJR. Kemudian terkait dengan zero emisi dan untuk pembangkit listrik tenaga terbaru untuk dikembangkan. Baik dari segi kapasitasnya kemudian regulasi dan kelembagaan untuk energi baru seperti di amandemen fermentasi karbondioksida secara luas.
“Kita juga bertanya untuk meningkatkan produk untuk mengubah bentuk subsidi yang ada saat ini dari energi energi posil kepada subsidi ke energi terbarukan. Kemudian juga peningkatan penggunaan kendaraan listrik serta pengembangan energi ini agar dapat dinikmati semua pihak,” ungkapnya.
Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Sumsel Aryansyah mengatakan, kenapa transisi energi terjadi atau perlu terjadi. Sedikitnya ada sepuluh faktor penyebabnya. Pertama sumber energi yang saat ini ada sampai cadangan energi di Indonesia bisa sampai kapan bisa dimanfaatkan keberlangsungannya.
“Pada awal tahun depan di 2025 kita akan mulai melakukan transisi energi di tahun depan. Sehingga di 2045 diharapkan kita bisa mapan energi terbarukan,” harapnya.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu regulasi kebijakan mensupport zero emisi.Perlahan kepada sumber energi terbarukan, kalau kita mau melaksanakan transisi energi di Sumatera Selatan kita mampu kita punya potensi jadi kondisi energi yang misalnya fosil bahan bakar dari fosil ataupun bahan bakar oil.
Sekarang mulai turun sudah mampu atau mengatasi bagaimana caranya. Harus memanfaatkan sektor tertentu sebagai sumber energi yang nantinya mensupport dari kebutuhan energi yang ada saat ini. Tapi tak kalah penting energi ini yang paling krusial adalah listrik. Jadi pembangkit listrik saat ini harus sudah mulai beralih ke pembangkit listrik tenaga angin dan thermal bumi serta air.
Sehingga ketergantungan akan bahan bakar fosil menjadi berkurang. Bahkan bisa tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil itu sendiri. Kemudian beralih ke tambang itu sendiri. Dimana dilihat selain dampak ekologi serta ada dampak ekonomi yang tidak sedikit. Sebab masing-masing pekerja di tambang itu sendiri memiliki tanggung jawab sebagai tulang punggung dari sebuah keluarga.
“Kita memang sudah mengkaji dari dampak lingkungan sebuah tambang. Tapi saat ini kita juga memperhitungkan dampak dari pekerjaan pertambangan itu sendiri. Jika nanti tambang seperti PTBA akan tutup untuk selamanya,” ungkapnya.
Selain itu perwakilan IESR Marta berkata, Indonesia akan mendapatkan subsidi untuk pengelolaan sumber energi listrik. Bagaimana JETP mengelontorkan dananya pihaknya akan mencoba memanfaatkan hal itu untuk energi yang lebih baik.
“Kita sudah datang ke beberapa wilayah tambang di Indonesia seperti di Muara Enim, Lahat dan di Kalimantan. Dampak lingkungan yang dirasakan masyarakat cukup besar. Tapi dari segi ekonomi masyarakat bahkan tidak menikmati hasil tambang tersebut. Tentu kita juga akan melakukan kajian tentang energi terbarukan ini. Jangan sampai energi terbarukan ini memiliki dampak yang buruk juga terhadap lingkungan sekitarnya,” harapnya. (Adi)