BisnisInternasionalPLN

PLN Perkuat Diplomasi Iklim di COP30: Gandeng Norwegia dan Jepang Bangun Pasar Karbon Global Berintegritas Tinggi

×

PLN Perkuat Diplomasi Iklim di COP30: Gandeng Norwegia dan Jepang Bangun Pasar Karbon Global Berintegritas Tinggi

Sebarkan artikel ini

BRRITAPRESS.ID, BELEM | Pemerintah Indonesia melalui PT PLN (Persero) mempertegas komitmennya dalam memperkuat pasar karbon global dengan menjalin dua kerja sama strategis pada forum _Seller Meets Buyer_ di Paviliun Indonesia pada _Conference of the Parties_ 30 (COP30) di Belém, Brasil, Kamis (13/11). PLN menandatangani _Mutual Expression of Intent_ bersama Pemerintah Norwegia melalui _Global Green Growth Institute_ (GGGI), serta _Memorandum of Understanding_ (MoU) dengan Carbon Ex Inc, perusahaan Jepang. Inisiatif ini menjadi langkah penting Indonesia dalam mempercepat pengembangan proyek rendah karbon dan penguatan pasar karbon di tingkat global.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan bahwa kolaborasi yang tercipta pada forum ini menjadi bagian penting dari upaya memperkuat kontribusi Indonesia dalam pengurangan emisi global.

”Bagi Indonesia, momentum ini sangat penting karena membuktikan kemampuan Indonesia mendukung pencapaian target global penurunan emisi gas rumah kaca melalui penerapan perdagangan karbon di bawah Pasal 6 (Paris Agreement),” ujar Hanif.

Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi menjelaskan bahwa PLN bersama Pemerintah kini mengambil peran baru sebagai katalis dan akselerator pasar karbon untuk mempercepat transisi energi dan mendorong kolaborasi lintas negara dalam mitigasi perubahan iklim.

“Dunia tengah bergerak dengan langkah tegas menuju target _Net Zero Emissions_, dan Indonesia tidak terkecuali. PLN telah berkomitmen mencapai _Net Zero Emissions_ pada 2060, sejalan dengan target nasional dan Paris _Agreement_. Untuk mencapai ambisi tersebut, kolaborasi bukanlah pilihan melainkan sebuah keharusan,” tutur Evy.

Lebih lanjut Evy menyampaikan bahwa Pemerintah telah meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW), dengan 76% atau 52,9 GW berasal dari EBT dan _storage_. Aset-aset baru ini diperkirakan akan menghasilkan lebih dari 1.000 terawatt-jam listrik hijau selama sepuluh tahun ke depan, membuka peluang besar untuk pengembangan energi bersih.

“Indonesia memiliki peluang besar memimpin transisi energi bersih yang mendorong transformasi ekonomi hijau melalui pemanfaatan energi di Indonesia. Dan kami ingin menjadi pemimpin bukan hanya di tingkat regional, tetapi juga pemimpin global dengan menyediakan pasokan energi hijau yang melimpah serta berbagai fasilitas pendukung target keberlanjutan yang dibutuhkan pelanggan di masa depan,” lanjut Evy.

PLN menawarkan dua produk utama berbasis _green attributes_ untuk mendukung dekarbonisasi perusahaan. Pertama, Unit Karbon, yang memungkinkan perusahaan mengimbangi emisi gas rumah kaca mereka melalui proyek pengurang atau penyerap emisi melalui skema sertifikasi domestik dan internasional yang kredibel. Kedua, _green energy as a service_, termasuk _Renewable Energy Certificate_ (REC) dan _Dedicated Green Energy Sources_, yang memberikan akses langsung ke listrik bersih dan stabil dari aset infrastuktur PLN. Dengan kedua produk ini, perusahaan dapat merencanakan strategi jangka pendek maupun panjang untuk mencapai target NZE secara efektif.

“Produk utama kami dalam pengelolaan atribut hijau adalah Unit Karbon dan _Renewable Energy Certificate_. REC membantu pelaku usaha memiliki pengakuan resmi dan transparan bahwa listrik yang digunakan berasal dari energi baru terbarukan. Instrumen ini tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas kepatuhan, tetapi juga membuka peluang percepatan dekarbonisasi di berbagai sektor industri,” jelas Evy.

Selain itu, PLN juga menawarkan peluang _forward offtake_ untuk tiga proyek bersertifikasi _Gold Standard_ dengan penurunan emisi sekitar 1,5 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e), di antaranya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) _ground-mounted_ berkapasitas 50 megawatt (MW) dengan baterai di Ibu Kota Nusantara.

“Peluang ini kami hadirkan sebagai bagian dari transformasi sektor ketenagalistrikan Indonesia menuju ekosistem energi yang lebih berkelanjutan, kompetitif, dan berdaya saing internasional. Dengan dukungan investor dan mitra teknologi, kita dapat mempercepat realisasi proyek-proyek strategis yang memberikan dampak nyata bagi pengurangan emisi,” pungkas Evy. (*)