Scroll untuk baca artikel
Sastra

Kisah “Anak Laut” di Sungsang Bakal Jadi Film TVRI Sumsel

×

Kisah “Anak Laut” di Sungsang Bakal Jadi Film TVRI Sumsel

Sebarkan artikel ini
Bagi calon aktor dan aktris di Teater Mahameru dilatih latihan meditasi (konsentrasi) untuk menajamkan daya intuisi.

BERITAPRESS, PALEMBANG | Crew TVRI Sumsel dan Talent anak-anak binaan Teater Mahameru Palembang meluncur ke Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Jumat (22/09/2023).

Keberangkatan ini terkait dengan syuting film produksi TVRI Sumsel, bertajuk “Aku Anak Sungsang” (AKAS), karya Imron Supriyadi, penerima Anugerah “Batanghari Sembilan” kategori Penulis Sastra Terbaik di Sumsel tahun 2019.

Di temui di sela-sela latihan reading naskah “AKAS”, Ketua Teater Mahameru, Erwin Janim menyebutkan, naskah ini berkisah tentang dinamika anak-anak di pinggir laut Sungsang. Namun hal penting yang sedang diusung TVRI Sumsel dan Teater Mahameru, menurut Erwin tentang potensi wisata kuliner di Sungsang, Kabupaten Banyuasin.

“Berdasar survei kami bersama crew TVRI beberapa waktu lalu, banyak hal yang sudah diketahui oleh publik tentang keindahan Kampung Sungsang. Tapi sebaliknya, masih lebih banyak lagi yang belum tergali tentang potensi wisata kuliner di Sungsang, satu diantaranya Terasi Sungsang, yang merupakan bahan dasar terasi yang tersebar di Pulau Bangka,” tegas Erwin, usai latihan reading naskah “AKAS” di area TVRI Sumsel, Kamis (21/9/2023).

Dalam film berdurasi 25 menit ini, sebagaimana arahan TVRI Sumsel, film ini akan mengedepankan suasana kampung Sungsang yang penuh potensi wisata. Oleh sebab itu, dalam beberapa adegan, sengaja dibuat sedemikian rupa, yang menggambarkan Sungsang sebagai salah satu aset wisata kuliner di Sumsel.

Ditanya tentang pemain, jebolan Teater Leksi Palembang, Pimpinan Yan Romain ini menjelaskan, 80 persen pemain akan melibatkan anak-anak di Sungsang. Selebihnya, akan dibawa dari Palembang, binaan Teater Mahameru. Sebab, film ini benar-benar cerita tentang anak di pinggir laut Sungsang, sehingga dalam film ini harus melibatkan langsung anak-anak di Sungsang, supaya lebih natural.

“Keterlibatan anak-anak di Sungsang juga seagai bagian dari pendekatan psikologis warag Sungsang dalam film ini,” tambahnya.

Erwin mengisahkan, naskah ini dimulai dari kematian sosok Abdul Salam, suami Mak Inah, yang mengakibatkan dua anaknya (Rasmi dan Darman) harus terlantar dalam pemenuhan ekonomi keluarga.

Kondisi ini memaksa keduanya (Darman dan Rasmi) juga Mak Inah harus bersama-sama mencari nafkah dengan menjadi buruh di Pusat Pembuatan Ebi (udang kering) ala Sunsang. Pun demikian halnya Rasmi yang masih duduk di bangku SD, harus berjualan kue keliling, demi membantu Mak Inah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Namun di tengah keterdesakan ekonomi yang teramat sulit, hadir sosok Bajul, teman akrab almarhum Abdul Salam yang kemudian menjelaskan semua perjalanan dirinya dan suami Mak Inah ini. Kali itu, Mak Inah baru sadar, ada warisan usaha dari suaminya, yang sejak Abdul Salam sakit berbulan-bulan, semua asetnya dititipkan pada Bajul.

“Intinya, kisah ini dibuat untuk edukasi bagi kehidupan kita, terutama tentang pentingnya anak yang harus patuh pada orang orang tua, juga menggali potensi kuliner di Sungsang,” tambahnya.

Sementara itu, Yosep Suterisno, SE, Ketua Forum Teater Sekolah Sumsel (Fortass) yang akan terlibat langsung dalam syuting ini menjelaskan, film ini merupakan ruang ekspresi bagi anak-anak binaan Teater Mahameru, untuk beradu akting di depan kamera.

Pada moment inilah, para aktor dan aktris anak sedang ditantang keahliannya, tentang bagaimana memerankan orang lain di layar kaca. “Aktor yang memang begitu. Dia harus keluar dari dirinya, dan masuk dalam peran yang dimainkan sesuai tuntutan naskah. Di sinilah anak-anak kita akan terlihat bagaimana mereka mengiterpretasikan tokoh satu dan lainnya dalam naskah ini,” tambahnya.
Melihat para pemain anak yang relatif masih pemula dalam dunia akting, Yosep tetap optimis, mereka bisa memerankan diri dalam film ini.

“Memang kita butuh tenaga ekstra, karena mayoritas mereka masih pemula. Tapi saya optimis, mereka bisa, dengan tetap didirect (dipandu) sutradara di lokasi syuting, dan menurut saya, ini hal biasa saja dalam produksi film apapun,” tegas Yosep yang sejak tahun 1990-an sudah main sinetron di TVRI Sumsel, bersama aktor di Palembang maupun dari Jakarta.

Pada kesempatan di Sungsang, pekan silam, Ibnu Hajar, Perwakilan Tim Survei TVRI Sumsel yang langsung ke lokasi bersama Tim Teater Mahameru dan Fortas Sumsel menjelaskan, suasana Sungsang sangat relevan dengan tematik yang sudah dijadwalkan TVRI Pusat di Bulan September 2023.

“Tema kita memang tentang pantai, dan kami pilih Sungsang sebagai salah satu lokasi syuting, sekaligus mengekspose potensi wisata kulier di Sungsang,” ujarnya, usai survei di Sungsang, pekan silam.**

Sastra

Penulis : Anto Narasoma orang-orangan sawah adalah kebohongan…