BERITAPRESS.ID | Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di berbagai daerah berlangsung meriah. Salah satu tradisi yang tak pernah absen adalah lomba makan kerupuk. Meski sederhana, lomba ini tetap menjadi magnet utama yang selalu ditunggu-tunggu warga setiap 17 Agustus.
Di lapangan hingga gang kecil perkampungan, sorak-sorai warga terdengar riuh ketika para peserta berusaha melahap kerupuk yang digantung di tali. Aturan sederhana—yakni tidak boleh menggunakan tangan—justru menghadirkan tantangan yang membuat suasana semakin heboh. Kerupuk yang bergoyang terkena angin sering kali membuat peserta harus berulang kali mencoba, sementara penonton tak henti-hentinya tertawa menyemangati.
“Seru sekali! Walaupun sudah setiap tahun diadakan, lomba makan kerupuk selalu jadi favorit warga karena menghibur semua kalangan,” ujar salah satu panitia lomba di sebuah kampung.
Makna Filosofis di Balik Kerupuk
Lebih dari sekadar permainan, lomba makan kerupuk memiliki makna filosofis. Kerupuk, makanan sederhana yang merakyat, mencerminkan kehidupan bangsa Indonesia yang tetap bertahan dan berjuang meski dalam keterbatasan. Sementara aturan tanpa tangan mengajarkan bahwa perjuangan sejati membutuhkan kesabaran, kerja keras, dan ketekunan.
Wadah Kebersamaan Antarwarga
Lomba makan kerupuk juga menjadi sarana mempererat kebersamaan. Anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut berpartisipasi, menciptakan suasana penuh keceriaan. Dari tawa hingga tepuk tangan, semuanya berpadu dalam semangat kebangsaan yang menandai kemerdekaan bukan hanya sebagai simbol, tetapi juga sebagai pengalaman kolektif yang dirayakan bersama.
Tradisi yang Tak Pernah Lekang
Meski zaman terus berubah dengan berbagai hiburan modern, lomba makan kerupuk tetap bertahan sebagai ikon perayaan HUT RI. Tradisi ini membuktikan bahwa kesederhanaan bisa menghadirkan kebahagiaan, serta menjadi pengingat bahwa kemerdekaan diraih dengan perjuangan yang gigih.
Dengan semangat kebersamaan dan tawa yang tercipta, lomba makan kerupuk di HUT ke-80 ini kembali menegaskan bahwa kemerdekaan harus terus diisi dengan persatuan, kegembiraan, dan rasa syukur.