Oleh: Anto Narasoma
(Penulis adalah sastrawan dan jurnalis)
MASUK ke ruangan Rumah Budaya Palembang Nian, perasaan kita dibuat kagum. Karena situasi dan luasnya ruangan, dimanfaatkan untuk berbagai latihan cabang seni yang menarik hati.
Si empunya rumah, Lisa Surya Andika SP MM, memberikan kebebasan bagi seniman untuk menurunkan ilmunya kepada anak didik yang datang belajar ke Rumah Budaya Palembang Nian Jalan Wirajaya VI Nomor 755 RT 4 (Jalan Inspektur Marzuki) di belakang SD Negeri 4 Pakjo Palembang.
“Kalau mau ke sini, lewat Jalan Inspektur Marzuki, nanti ada Hotel Amaris dan langsung saja jalan. Nanti kita ketemu SD Negeri 25. Nah, di samping sekolah itu, ada Jalan Wirajaya VI, langsung masuk, pasti ketemu,” ujar Lisa Surya Andika, Kamis (14/9/2023).
Lisa menyadari bahwa anggaran dari pemerintah sangat minim untuk alokasi pengembangan seni budaya daerah. “Karena itu saya berinisiatif untuk membuka ruang bagi pelatihan tari, menyanyi, melukis, dan belajar memahami tentang sastra Indonesia,” ujarnya.
Sebagai Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palembang, Lisa sangat menyadari tentang potensi seni budaya di Kota Palembang yang begitu kuat dan besar.
“Makanya saya membuka ruang untuk melatih potensi anak-anak sekolah, dari siswa SD hingga ke perguruan tinggi,” jelasnya.
Tak tanggung-tanggung, untuk belajar menari, menyanyi, melukis, dan belajar menulis puisi dan cerita pendek, Lisa menggandeng sejumlah seniman yang memiliki kemampuan maestro. Oh ya?
“Iya. Misalnya di bidang tari, kita memiliki pelatih tari sekelas Mbak Elly Rudi. Di seni lukis, kita punya Mas Yos, sedangkan di seni musik dan cara bernyanyi, saya juga mendatangkan pelatih sekelas Mas Herry. Kalau nggak percaya, datang saja ke sini,” ujar Lisa, tersenyum.
Selain itu, katanya, di sanggar Rumah Budaya Palembang Nian, ada latihan teater. Siapa pelatihnya?
Nah, siapa yang tak kenal dengan seniman besar Kamsul A Harla. Selain musikus, penyanyi, dan pengarang lagu Ya Saman, Kamsul juga seorang pemain teater andal yang pernah bermukim di Teater Kembara dari tahun 1980-an, penggagas Teater Leksi, serta sejumlah teater lainnya.
Lisa yang pernah bertugas sebagai Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang, mengatakan bahwa di rumah budayanya ada latihan cara berhias diri (make up). Pelatihnya sangat profesional.
“Tak usah ragu, datang saja ke sini. Kita tidak ingin mengecewakan masyarakat,” tukas Lisa, yang juga pernah menjabat Kabid Ekraf di Dinas Pariwisata dan Kabid Kesenian di Dinas Kebudayaan Kota Palembang. “Saya juga ikut melatih cara membaca puisi yang baik dan benar,” tambahnya.
Dalam waktu yang bersamaan, penari legend Elly Rudi, menyatakan bahwa untuk menguasai satu di antara beberapa cabang seni, harus latihan secara konsisten.
Setidaknya, selain ada keinginan besar (minat), anak-anak sekolah pun perlu dukungan yang kuat dari orang tua. “Ini sangat penting,” tukas Elly Rudi, sang pencipta Tari Tanggai.
Siapa saja bisa melihat bagaimana kualitas cara melatih diri untuk memahami wirasa (perasaan), wiraga (memanfaat fisik) dan wirama (memahami musik pengiring ketika berlatih).
“Ketika kita mendemgar musik pengiring, nilai rasa yang ada di dalam diri kita itu akan terbakar. Rasa inilah yang berpadu dengan pola pikir untuk melakukan gerakan estetik, sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan itu sangat indah,” ujar Elly.
Menari, katanya, tidak hanya melakukan gerak-gerak yang lebut, terstruktur, indah, dan mengungkap alur perasaan, tapi juga mampu membangun kehalusan budi. “Perilaku inilah yang membangun tubuh (wiraga) hingga menjadi pribadi yang sangat menghargai orang lain,” imbuhnya.
Karena itu, melatih diri untuk lebur ke dalam nilai-nilai estetika, diperlukan keseriusan jiwa serta dukungan penuh dari orang tua. (*)