NgakakPendidikan

PENDIDIKAN: “SRMA 19 Bantul, Sekolah Rakyat yang Bikin Nyali Anak Meledak”

×

PENDIDIKAN: “SRMA 19 Bantul, Sekolah Rakyat yang Bikin Nyali Anak Meledak”

Sebarkan artikel ini
foto : Kemensos

HUJAN sore di Bantul baru saja reda, tapi lapangan SRMA 19 masih basah. Anak-anak berlarian, main basket, atau ngobrol santai, kadang lempar komentar receh yang bikin guru tersenyum kecut. Kalau lapangan ini bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang, “Wah, anak-anak ini lari-lari kayak cicak nyari nyamuk, basah-basahan tapi semangat nggak kendor!”.hehehe

Sementara di ruang makan, aroma mendoan, tumis tempe kacang, dan ikan kembung bersaing dengan suara siswa yang piket menyiapkan alat makan. Bisa dibilang suasana ini kayak warung makan kelas VIP versi anak-anak, sederhana tapi penuh kerja sama, plus bumbu humor gratis.

Apel makan malam pun dimulai, siswa melapor, berdoa bersama, dan makan disiplin. Kalau ada yang ngeledek, “Ini ikan kembung atau ninja laut?”, ya wajar….. namanya juga anak-anak, banyolan mereka itu riuh namun alami dan  penuh makna.

Hari itu, sekolah kedatangan Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, namun jangan bayangkan kedatangannya kaku, seperti patung perunggu.

Agus Jabo hadir untuk berdialog dengan siswa, guru, dan tenaga kependidikan guna mengetahui keluh kesahnya, bahkan ia menekankan bahwa Sekolah Rakyat hadir untuk anak-anak yang terhalang keterbatasan ekonomi.

“Kalian tidak bisa sekolah bukan karena salah kalian, tapi karena keterbatasan. Di sinilah negara menjemput kalian,” tegas Agus Jabo dikutip dalam rilis resmi dilaman Kemensos.

Kalau diibaratkan, ini seperti tamparan halus, tapi bikin sadar sebab masih ada jalan, jangan cuma duduk, ambil langkah!. Kata pepatah itu “Tak ada rotan, akar pun jadi”, nah,  Sekolah Rakyat ini memang jadi bukti bahwa keterbatasan bukan penghalang, tapi batu loncatan.

Oleh karena itu, transformasi siswa jadi sorotan, Galuh Intan Prastiwi (16), dulunya pendiam, kini bisa tampil percaya diri dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Prabowo.

Fakta ini seperti telur yang akhirnya menetas menjadi anak ayam berani, perlu bimbingan, kesabaran, dan sedikit magic dari lingkungan yang suportif.

Apalagi yang bikin ngakak tapi sekaligus hangat adalah kebhinekaan di sekolah ini, bisa dikatak keren..sebab siswa Islam, Hindu, dan Katolik saling menghormati.

Bahkan saking saling hormat- menghormati, anak non-Muslim ikut mengingatkan teman Muslimnya untuk salat. Kalau diterjemahkan ala banyolan “Kalau salatnya lupa, temanmu siap jadi alarm hidup!” hahaha [maaf cuma bercanda]. Namun praktik toleransi ini memang nyata setiap hari, bikin kita tersenyum tapi juga mikir, “Wah, pelajaran hidupnya juara”.

Momen humor datang dari pantun Mifta Jaya Devi, begini isinya…
“Main sepeda di musim panas, jangan lupa beli es batu.
Terima kasih Pak Agus, sudah datang ke SRMA 19 Bantul”, mantap kalimat kerennn abis…

Agus Jabo pun tak sungkan-sungkan  membalas secara spontan “Ubur-ubur ikan lele, yang semangat ya leee!”. akhirnya tawa  pun akhirnya meledak, bikin suasana hangat, tapi tetap ada filosofi dong, yaitu anak-anak belajar disiplin, empati, dan keberanian, tapi tetap bisa tertawa.

Wakil Kepala SRMA 19, Alfian Ihsan Prayoga, ikut menegaskan sejak bersekolah tiga bulan lalu, siswa yang awalnya pendiam dan minder kini bisa menyapa, berbicara, dan tampil percaya diri.

Bisa dibilang katanya sekolah ini seperti pabrik superhero anak-anak, sebab dari biasa-biasa saja jadi berani, toleran, dan percaya diri. Wah..kalau ini dibuatkan  film, judulnya pasti “Anak Pendiam vs Kepercayaan Diri: The Awakening”.

Sebelum pamit, Agus Jabo memberi wejangan penting kepada guru dan tenaga kependidikan, begini katanya harus menumbuhkan empati, kesabaran, dan membimbing siswa seperti anak sendiri.

Filosofi hidup yang terselip adalah pendidikan bukan cuma soal transfer ilmu, tapi juga menumbuhkan karakter dan keberanian bermimpi.

Oleh karena itu, SRMA 19 Bantul sudah membuktikannya, bahwa pendidikan itu bukan soal gedung mewah atau fasilitas mahal, tapi yang terpenting adalah soal kesempatan, karakter, empati, dan keberanian.

Apalagi ada anak-anak yang dulunya pendiam, kini bisa bersuara lantang, menunjukkan bahwa dengan lingkungan yang mendukung, keterbatasan bukan penghalang, tapi batu loncatan.

Sebab di sekolah ini, belajar sambil tertawa itu wajar, tumbuh sambil bercanda itu normal, dan keberanian muncul dari empati, disiplin, dan bimbingan hangat.

Jadi, bisa diambil kesimpulan bahwa SRMA 19 Bantul adalah rumah kedua anak-anak Indonesia, dimana jadi tempat mereka belajar menjadi diri sendiri, percaya diri, toleran, dan siap menghadapi dunia.

Seandainya  ada yang bilang sekolah itu membosankan, sini kita bawa mereka ke SRMA 19, sebab akan dijamin bisa bikin ngakak, belajar serius, dan pulang bawa pelajaran hidup. sukses bro…![***]