BERITAPRESS, PALEMBANG | Keberhasilan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang, sangat ditentukan kekompakan, kerja keras, dan kerja cerdas.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas PUPR Kota Palembang Silpa Prajawati SE MT Ak, mengatakan bahwa semangat kebersamaan yang saling mendukung itulah yang membuat institusinya berhasil meraih berbagai penghargaan.
“Terus terang saja, semangat yang ditanamkan Pak Bastari Yusak sebagai pemimpin di institusi kami, selalu mendorong semangat dan keterampilan yang cerdas, sehingga secara kolektif kami dianugerahi penghargaan terbaik dari pemerintah Pusat dan Sumatera Selatan,” ujar Silpa, di ruang kerja, Selasa (10/12/2024).
Silpa menjelaskan bahwa sejak awal, semangat perlawanan terhadap segala tantangan sudah dicontohkan para pendahulunya. “Bahkan para pendahulu kami selalu menyontohkan hal-hal positif untuk kemajuan kerja bersama,” jelas Silpa, tersenyum.
Sebagai pembaca teks sejarah perjuangan pekerja PU disaat pelaksanaan Hari Bakti Pekerjaan Umum ke-79, Silpa menjelaskan bahwa sosok perjuangan pekerja PU di era perjuangan tahun 1946, benar-benar memotivasinya. Karena itu para personal Dinas PUPR Kota Palembang, bahu-membahu berjuangan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan di institusinya.
“Pak Bastari itu tak banyak bicara dalam tugas sehari-hari. Tapi sikap dan teladan yang dicontohkan beliau, sangat memotivasi kami,” kata Silpa.
Dari sejarah perjuangan saja, ucap Silpa, para pejuang yang juga personal Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum mempertahankan secara mati-matian kemerdekaan yang sudah diraih bangsa ini.
Sebab, katanya, pada 3 Desember 1945 itu, kantor Perhubungan dan PU diserang tentara sekutu yang bersenjata lengkap dan modern. Namun para personal yang berjumlah 21 orang itu melawan dan bertahan dalam kondisi hidup mati.
Akhirnya tujuh orang dari 21 pekerja itu akhirnya gugur, dan ketujuhnya dianugerahi dengan gelar Sapta Taruna. Ketujuh yang gugur di medan juang itu, antara lain, Didiek Ardijanto, Muchtaruddin, Suhodo, Rio Susilo, Subengat, Ranu, dan Suryono.
“Kami di PUPR sangat kagum dengan segala perlawanan mereka. Dengan senjata seadanya, mereka mampu melawan keganasan tentara sekutu yang bersenjata lengkap dan modern. Semangat itulah yang membakar sikap dan kinerja kami,” tukas Silpa.
Dari peristiwa 3 Desember 1945 itulah, jelas Silpa, kejadian itu selalu dikenang sebagai Hari Bakti PU ke-79 hingga saat ini.
Dari semangat perjuangan mereka, hingga kini dijadikan semangat juang untuk terus berkarya dan melahirkan karya berkualitas bagi masyarakat.
“Alhamdulillah, kami selalu memperoleh penghargaan terbaik, baik itu di tingkat Sumsel hingga penghargaan tingkat nasional,” ujar Silpa menutup perbincangan. (anto narasoma)