BERITAPRESS.ID, PALEMBANG | Sebuah pertemuan lintas organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan di Sumatera Selatan akhir pekan ini menjadi penanda penting: Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Sumsel kembali menghidupkan bara perjuangannya. Setelah sekian lama tertidur, organisasi yang diinisiasi tokoh nasional Bursah Zarnubi pada 2013 itu kini bangkit dengan semangat baru, dipimpin oleh sosok yang tak asing di gelanggang aktivisme Sumsel, Firdaus Hasbullah.
Minggu Sore, 22 Juni 2025, di sebuah forum silaturahmi yang hangat namun sarat gagasan, perwakilan dari organisasi seperti HMI, PMII, KAMMI, GMNI, IMM, IPNU, LMND, Pemuda Muslimin, serta sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai kampus di Sumsel berkumpul. Satu tekad yang mengemuka: menjadikan PGK Sumsel sebagai rumah bersama untuk menghidupkan kembali semangat kebangsaan yang inklusif dan berkemajuan.
“Kita tengah berada di simpang jalan sejarah. PGK bukan sekadar organisasi, tapi panggilan moral bagi siapa pun yang peduli pada arah bangsa,” ujar Firdaus Hasbullah, Ketua DPW PGK Sumsel yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Kabupaten PALI.
Pria yang akrab disapa Kak FH ini menekankan pentingnya momentum konsolidasi kali ini sebagai titik balik pergerakan kebangsaan di Sumsel. Menurutnya, PGK hadir bukan untuk menggantikan peran organisasi lain, tetapi menjadi simpul yang merangkul keragaman gerakan dan menyatukan suara anak muda dalam menghadapi tantangan zaman.
“PGK adalah ruang dialog, kolaborasi, dan kaderisasi. Kita ingin membangun Sumsel dengan pendekatan kebangsaan yang inklusif, bukan partisan,” tegasnya.
Firdaus optimistis bahwa kepengurusan baru nantinya akan mampu menjadikan PGK lebih relevan dan adaptif, tidak hanya terhadap isu-isu pembangunan daerah, tetapi juga dalam merespons dinamika kebangsaan yang terus berkembang. Ia berharap PGK bisa menjadi garda sipil yang konstruktif dan visioner.
Dukungan pun mengalir dari berbagai perwakilan organisasi. Ulil Mustofa dari HMI menyebut hadirnya kembali PGK sebagai “angin segar” di tengah keresahan kolektif para aktivis muda. Ia menyebut Firdaus sebagai sosok pemersatu yang bisa menjembatani perbedaan visi dan ideologi antar organisasi.
“Persamaan nasib dan tujuan membuat kami merasa PGK ini punya potensi besar menyatukan langkah. Di tengah fragmentasi gerakan, PGK bisa jadi titik temu,” kata Ulil.
Presiden Mahasiswa UIN Raden Fatah, Ilham, bahkan menegaskan kesiapan pihaknya untuk berkontribusi aktif dalam gerakan PGK. Menurutnya, mahasiswa dan pemuda perlu mengambil peran lebih besar, bukan hanya di ruang diskusi, tapi juga dalam praksis sosial-politik yang nyata.
“PGK menjadi ruang baru bagi kami untuk bersinergi. Banyak elemen yang siap menyatu dan bergerak bersama,” ujar Ilham.
Senada dengan itu, M. Eko Wahyudi dari PMII menyampaikan dukungan penuh, meski ia menyadari adanya perbedaan ideologis antarorganisasi. Namun menurutnya, PGK mampu menjadi wadah pemersatu yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan NKRI.
“Kita siap melepas ego sektoral dan almamater untuk visi besar bersama. Ombak dan gelombang tak akan menghalangi kapal besar bernama PGK ini berlayar,” ucap Eko penuh semangat.
Sebagai organisasi yang lahir dari semangat rekonsiliasi dan nasionalisme, PGK membawa misi besar: meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, serta mengawal arah kebijakan agar tetap berpihak kepada rakyat.
Firdaus menegaskan, PGK juga berkomitmen memperkuat nilai-nilai kebangsaan-persatuan, gotong royong, dan integritas. “Kita tak sekadar bergerak. Kita membangun fondasi gerakan dengan nilai dan visi,” tegasnya.
Di tengah suasana sosial yang rentan polarisasi dan pragmatisme politik yang makin vulgar, kembalinya PGK Sumsel menjadi harapan baru bagi anak muda yang masih percaya bahwa perubahan bisa digerakkan dari bawah, oleh mereka yang berdiri di jalan sunyi: jalan idealisme.(RA)