BERITAPRESS, PALEMBANG | Dalam rangka launching penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PMB PTKIN) 2025, acara dilaksanakan di Aula Perpustakaan Kampus B Jakabaring UIN Raden Fatah Palembang, Selasa (3/12/2024).
Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., menyampaikan bahwa hari ini merupakan pertemuan mengenai penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi Islam seluruh Indonesia.
“Untuk mempersamakan wawasan dan pola dalam penerimaan mahasiswa baru yang akan datang, jadi ini agak mirip dengan perguruan tinggi umum yang lain, namun kita lebih spesifik,” jelas Nasaruddin.
Lebih lanjut, Nasaruddin menjelaskan bahwa seluruh rektor yang hadir pada acara ini akan diikuti oleh 59 PTKIN di seluruh Indonesia. “Jadi Palembang hari ini menjadi suatu kejutan sebagai tuan rumah dan apa yang diputuskan di sini akan dijembatani ke seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Nasaruddin menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan suatu standar meskipun variasinya bisa berbeda. “Kita akan menjadikan PTKIN ini bukan hanya sekadar PTKIN biasa, namun ada unsur shock therapy untuk mentransformasi anak-anak kita menjadi mahasiswa yang matang,” paparnya.
Menurutnya, akan ada pengukuran tingkat kematangan bagi para calon mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi. Mengenai banyaknya perguruan tinggi di berbagai daerah, Nasaruddin menekankan perlunya penyesuaian dengan kearifan lokal. “Maka itu kita minta ada peninjauan kembali program studi mana yang banyak penggemarnya, dengan catatan fakultas agama jangan ditinggalkan,” tegasnya.
Nasaruddin juga menambahkan bahwa IAIN dan UIN bertanggung jawab secara akademik dalam menjaga daya tahan intelektualitas umat.
Terkait maraknya judi online, Menteri Agama RI ini menegaskan bahwa fakta menunjukkan bahwa judi online dapat menyebabkan perceraian. “Judi online ini sangat berbahaya, inilah yang kita lakukan memperkuat metode dakwah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin menyebutkan lima langkah yang dilakukan Kementerian Agama dalam memperkuat dakwah, yakni pertama mencetak mubaliq yang handal, kedua menentukan materi dakwah yang representatif dengan kondisi saat ini, ketiga menentukan metode dakwah yang tepat, keempat memilih media dakwah yang sesuai, dan kelima memperhatikan obyek dakwah sesuai dengan kelas sosial. “Mubaliq kita harus dapat membedakan antara kelas menengah atas dan kelas menengah bawah,” pungkasnya. Semua langkah ini, menurut Nasaruddin, sedang dipersiapkan di lembaga pendidikan Islam. (Mira)