SELAMA ini broker properti identik dengan jas elegan, parfum mahal, dan gaya ngomong yang halusnya kayak pakai filter beauty, kali ini ceritanya beda. Di acara ulang tahun AREBI ke-33, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait tiba-tiba kasih “kompor gas”-bukan buat masak mie, tapi buat menggoreng peluang ekonomi baru buat para broker.
Ara bilang “Hei para broker, kalian jangan cuma ngejar rumah mewah atap segitiga. Rumah subsidi juga nih, pasarnya lagi panas, panasnya kayak gorengan baru keluar dari wajan!”
Selama ini, banyak broker alergi sama rumah subsidi. Alasannya? “Komisinya kecil, bos!”
Tapi Ara Sirait ibarat dokter sedang konsultasi. “Yang kecil itu justru sehat, bisa dimakan tiap hari, nggak bikin kolesterol!”.
Apalagi kalau pasar secondary market rumah subsidi jadi resmi, tertib, dan rapi.
Bayangin, jutaan rumah subsidi tiap tahun bisa pindah tangan.
Kalau semua itu lewat broker…
ambil tisu dulu, bro…
Itu potensi cuan yang bisa bikin dompet bergetar haru.
Ara juga bilang, rumah subsidi itu bukan cuma tempat berteduh dari hujan dan kenangan mantan, tapi alat naik kelas.
Kalau masyarakat BBR sudah mapan dan pengen pindah ke rumah yang lebih besar, brokernya bisa jadi pemandu wisata mobilitas sosial.
Bahasa halusnya broker kini jadi navigator rakyat naik kelas atau “dari rumah subsidi ke rumah elit, brokernya yang ngawal, bukan malaikat”.
Ara buka data, tahun 2025 ada 350 ribu rumah subsidi. Kalau tiap tahun segitu terus, sepuluh tahun dapat 3,5 juta unit.
Wih… itu bukan angka, itu tambang emas yang legal dan berizin resmi.
Broker yang biasanya hidup dari KPR komersial bisa tiba-tiba punya pasar baru yang jumlahnya bukan ratusan, bukan ribuan, tapi jutaan unit.
Kalau pasar sebesar itu nggak diambil broker?
Walah…
Itu sama saja nolak rezeki yang udah berdiri di depan pagar sambil bawa sayur.
Di panggung ultah AREBI ke-33, ini bukan lagi acara tiup lilin.
Ini mirip “lamaran nasional”.
Pemerintah bilang “Kami butuh kalian”
AREBI jawab “Tenang Pak Menteri, kami siap all-out”
Ketua Umum Arebi, Clement Francis, bahkan bilang siap membantu program 3 juta rumah Presiden Prabowo.
Bahasa singkatnya “Kami siap jual, pak. Mau subsidi, mau komersial, semua gas”.
BISA.
Bahkan sangat.
Tapi brokernya harus mau turun gunung dulu, jangan cuma jualan rumah yang halaman depannya bisa untuk main golf.
Karena kini justru di bawah di pasar rumah subsidi denyut ekonomi rakyat lagi berdetak paling kencang.
Kalau broker nggak masuk sekarang, siap-siap nanti cuma jadi penonton sambil bilang “Harusnya dulu aku gas…”.[***]

























