Scroll untuk baca artikel
PagaralamWisata

Menyusuri Pesona Pagar Alam, Kota Sejuk di Kaki Gunung Dempo

×

Menyusuri Pesona Pagar Alam, Kota Sejuk di Kaki Gunung Dempo

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS.ID | Kabut tipis menggantung di udara, menyambut setiap langkah kendaraan yang memasuki Kota Pagar Alam. Udara sejuk langsung meresap ke kulit—udara yang jarang sekali saya temui di kota besar. Aroma tanah basah bercampur dengan semerbak teh dari kebun-kebun di lereng gunung membuat suasana terasa seperti lukisan hidup.

Pagar Alam, sebuah kota kecil di Sumatera Selatan, berdiri anggun di kaki Gunung Dempo. Kota ini sering dijuluki permata hijau, sebuah tempat di mana keindahan alam, jejak sejarah, dan keramahan warganya bertemu dalam harmoni.

Menyambut Pagi di Perkebunan Teh Dempo

Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik kabut. Dari kejauhan, hamparan perkebunan teh Dempo membentang bagai karpet hijau tak berujung. Para pemetik teh, sebagian besar ibu-ibu dengan senyum ramah, memetik pucuk-pucuk muda dengan cekatan. “Setiap pagi, udara di sini selalu segar. Kerja jadi tidak terasa berat,” ujar Ibu Lestari, seorang pemetik yang sudah puluhan tahun bekerja di perkebunan.

Saya duduk di sebuah gubuk kecil, menyeruput teh hangat yang baru saja diseduh. Rasanya pekat dan sedikit pahit, namun memberi kehangatan yang berbeda. Heningnya suasana hanya ditemani kicauan burung dan desiran angin yang mengibaskan daun-daun teh. Seakan dunia berhenti sejenak.

Air Terjun Curup Embun: Lukisan Alam yang Hidup

Perjalanan berikutnya membawa saya ke Air Terjun Curup Embun. Dari jalan setapak yang menurun, suara gemuruh air sudah terdengar jelas. Begitu sampai, saya terpaku: air jatuh dari tebing tinggi, menimbulkan kabut halus yang menyelimuti wajah. Setiap butiran air yang menyentuh kulit terasa seperti belaian segar dari alam.

Anak-anak setempat tampak ceria bermain di aliran air yang jernih, sementara wisatawan duduk di bebatuan besar, mengabadikan momen. Saya sendiri memilih berdiam sejenak, mendengarkan simfoni alam: suara air, gesekan dedaunan, dan tawa manusia yang berpadu sempurna.

Situs Megalitik: Jejak Leluhur yang Membisu

Tak hanya indah, Pagar Alam juga menyimpan warisan sejarah yang luar biasa. Di salah satu desa, saya diajak melihat situs megalitik—batu-batu besar dengan ukiran misterius. Ada yang berbentuk manusia, ada pula yang menggambarkan hewan.

“Batu ini sudah ada ribuan tahun. Konon, masyarakat dulu menggunakannya untuk upacara adat,” kata Pak Herman, seorang juru pelihara situs. Menyentuh dinginnya permukaan batu membuat saya seakan tersambung dengan masa lalu, membayangkan bagaimana leluhur di dataran tinggi ini hidup berdampingan dengan alam dan spiritualitas.

Gunung Dempo: Penjaga Abadi Pagar Alam

Dari manapun saya berada, Gunung Dempo selalu tampak gagah di kejauhan. Puncaknya sering ditutupi awan, seolah enggan memperlihatkan diri sepenuhnya. Bagi pendaki, menaklukkan Dempo adalah perjalanan panjang sekaligus pengalaman spiritual.

Saya tidak mendaki kali ini, hanya menikmati pemandangannya dari sebuah bukit kecil. Duduk di rerumputan, saya menatap siluet Dempo yang berubah warna seiring matahari bergerak—dari keemasan di pagi hari, hijau segar di siang, hingga kemerahan saat senja. Ada rasa kagum sekaligus hormat, seolah gunung ini adalah penjaga abadi kota.

Menutup Hari dengan Kopi Robusta

Sore menjelang, dan saya singgah di sebuah warung sederhana. Kopi robusta Pagar Alam yang disajikan mengepul hangat. Aromanya kuat, rasa pahitnya pas, dan ada sedikit sensasi smoky yang membuatnya berbeda dari kopi lain.

Di meja yang sama, beberapa pemuda lokal berbincang santai. Mereka bercerita tentang harapan agar pariwisata di Pagar Alam semakin maju, tanpa merusak alam. “Kami ingin wisatawan datang, tapi juga ikut menjaga keindahan kota ini,” ucap salah seorang dari mereka.

Percakapan itu membuat saya sadar: Pagar Alam bukan hanya tentang destinasi wisata, tapi juga tentang jiwa-jiwa yang merawatnya dengan penuh cinta.

Pagar Alam adalah perpaduan sempurna antara alam, sejarah, dan manusia. Kota ini tidak hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga pengalaman mendalam—dari kesejukan perkebunan teh, kesegaran air terjun, misteri situs megalitik, hingga keramahan warganya.

Bagi siapa pun yang datang, Pagar Alam akan selalu meninggalkan bekas di hati. Bukan hanya rindu untuk kembali, tetapi juga rasa syukur bahwa di dunia ini masih ada tempat seindah dan setulus ini. (PA/09)

You cannot copy content of this page