Scroll untuk baca artikel
Politik

Matahari Sumsel Gelar Diskusi Politik: Menginginkan Perubahan untuk Sumsel yang Lebih Baik

20
×

Matahari Sumsel Gelar Diskusi Politik: Menginginkan Perubahan untuk Sumsel yang Lebih Baik

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS, PALEMBANG | Matahari Sumsel mengadakan diskusi politik dengan tema “Sumsel Dahulu, Sumsel Sekarang, dan Sumsel yang Akan Datang” pada Kamis (4/7/2024) di Cafe Guns Palembang.

Acara ini dihadiri oleh beberapa narasumber, termasuk DR Junaidi M.Si, pengamat dan akademisi, Fatkurohman, S.Sos, Peneliti Koordinator Wilayah Sumsel Publik Trus Institut, Bagindo Togar, pengamat politik, dan Ir Herpanto M.Si, pengamat politik.

Ketua Matahari Sumsel, Rio Pratama, menjelaskan bahwa tujuan dari diskusi ini adalah untuk merencanakan dan menyamakan perspektif terkait pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumsel mendatang.

“Kami mencoba melihat rekam jejak lima tahun sebelumnya, bagaimana Sumsel dulu, sekarang, dan yang akan datang dari sisi pembangunan, pariwisata, dan ekonomi,” ujar Rio.

Rio menekankan bahwa Sumsel membutuhkan perubahan signifikan dalam pembangunan, pariwisata, dan ekonomi.

“Kami bersama teman-teman Matahari sudah menyimpulkan bahwa Sumsel harus berubah. Kedepan, Sumsel harus memiliki sosok pemimpin yang baru,” tegasnya.

Pengamat politik Herpanto menyoroti proses pilkada saat ini yang menurutnya banyak pihak lupa bahwa partai memiliki mekanisme internal dalam menentukan calon kepala daerah. Hingga kini, partai-partai masih dalam tahap memberikan surat tugas kepada kadernya untuk bersosialisasi dan meningkatkan elektabilitas.

“Semua partai ingin menang, jadi mereka belum memutuskan siapa yang akan dijadikan kepala daerah atau wakil. Semua masih dalam proses,” jelas Herpanto.

Di sisi lain, Bagindo Togar menilai kemajuan Sumsel saat ini tergolong lambat dan standar.

“Bandingkan Sumsel lima tahun lalu dengan sekarang, tidak banyak perubahan. Pembangunan yang ada mostly berasal dari pemerintah pusat, seperti flyover dan tol,” kata Bagindo.

Ia juga membandingkan pembangunan di era Alex Noerdin dengan saat ini. Meskipun ada kekurangan, pembangunan di era Alex Noerdin lebih terlihat nyata.

“Lima tahun terakhir ini sangat stagnan. Ada pembangunan, tapi tidak ada lompatan signifikan. Kita tertinggal lima tahun, tapi dengan pemimpin yang tepat, kita bisa mengejar ketertinggalan itu,” ujarnya.

Bagindo menyimpulkan bahwa stagnasi pembangunan Sumsel disebabkan oleh faktor kepemimpinan yang kurang kreatif dan tidak memiliki komitmen kuat.

Diskusi ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat Sumsel dalam menentukan pilihan pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur mendatang. (*)