Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Lomba Bidar Sungai Musi: Gemuruh Semangat Kemerdekaan di Jantung Palembang

×

Lomba Bidar Sungai Musi: Gemuruh Semangat Kemerdekaan di Jantung Palembang

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS.ID | Setiap tahun, saat aroma perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia mulai tercium, kota Palembang bersiap diri untuk sebuah atraksi budaya yang tak hanya memukau, tetapi juga sarat makna: Lomba Bidar di Sungai Musi. Perlombaan perahu panjang tradisional ini bukan sekadar ajang adu kecepatan, melainkan manifestasi nyata dari semangat gotong royong, keberanian, dan persatuan yang menjadi fondasi kemerdekaan bangsa.

Sungai Musi, urat nadi Palembang yang historis, menjadi saksi bisu kemeriahan yang mencapai puncaknya. Ribuan pasang mata tumpah ruah di sepanjang tepian sungai, dari Jembatan Ampera yang ikonik hingga dermaga-dermaga kecil, semua menantikan deru dayung dan sorak sorai pendukung. Lomba Bidar adalah perpaduan sempurna antara warisan budaya, olahraga air, dan perayaaasional yang menyatukan seluruh elemen masyarakat.

Sejarah dan Makna Lomba Bidar

Lomba Bidar bukanlah fenomena baru. Akar tradisinya sudah terukir sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam, di mana bidar digunakan sebagai alat transportasi penting dan bahkan dalam upacara-upacara adat. Setelah kemerdekaan, perlombaan ini diadaptasi menjadi bagian integral dari perayaan HUT RI, khususnya pada tanggal 17 Agustus atau sehari sesudahnya. Adaptasi ini memberikan makna baru, yakni sebagai simbol perjuangan meraih kemerdekaan dan semangat persatuan dalam mempertahankan kedaulatan.

Perahu bidar yang digunakan bukanlah perahu biasa. Setiap bidar memiliki panjang puluhan meter, terbuat dari kayu pilihan dan dihiasi dengan ukiran-ukiran khas yang menggambarkan identitas tim. Jumlah pendayungnya bisa mencapai puluhan orang, semuanya bergerak serentak mengikuti irama aba-aba dari juru kemudi yang berdiri di bagian belakang. Harmonisasi gerakan ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kerja tim yang solid, sebuah nilai yang sangat relevan dengan semangat proklamasi kemerdekaan.

Kemeriahan di Tepian Musi

Atmosfer di Sungai Musi saat Lomba Bidar berlangsung sungguh luar biasa. Sejak pagi hari, kerumunan penonton sudah memadati lokasi. Pedagang makanan dan minuman berjejer menawarkan kuliner khas Palembang seperti pempek, tekwan, dan es kacang merah, menambah semarak suasana festival. Dari kejauhan, sorak sorai penonton yang mengelu-elukan tim favorit mereka sudah mulai terdengar.

Saat lomba dimulai, gemuruh genderang dan teriakan para pendayung yang memompa semangat berpadu dengan riuhnya tepuk tangan penonton. Setiap kayuhan dayung adalah representasi dari usaha keras dan dedikasi. Panitia menyiapkan panggung kehormatan, area VIP, dan pos-pos kesehatan untuk memastikan kelancaran acara. Keamanan juga menjadi prioritas utama, dengan melibatkan berbagai pihak dari kepolisian hingga tim SAR.

Selain lomba utama bidar, seringkali diadakan pula lomba perahu hias dan berbagai pertunjukan seni budaya laiya. Ini menjadikan area Sungai Musi sebagai pusat hiburan dan edukasi budaya yang ramai dikunjungi, tidak hanya oleh warga Palembang tetapi juga wisatawan dari berbagai daerah.

Dampak Ekonomi dan Pariwisata

Lomba Bidar Sungai Musi tidak hanya menawarkan hiburan semata, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian lokal. Lonjakan wisatawan yang datang untuk menyaksikan acara ini secara otomatis meningkatkan pendapatan sektor pariwisata, mulai dari penginapan, restoran, transportasi lokal, hingga pedagang suvenir.

Para pengrajin perahu dan ukiran pun mendapat berkah. Permintaan untuk perbaikan atau pembuatan bidar baru meningkat menjelang perlombaan. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjual makanan, minuman, dan kerajinan tangan juga merasakan peningkatan omzet. Ini membuktikan bahwa tradisi dapat menjadi motor penggerak ekonomi yang kuat jika dikelola dengan baik dan dipromosikan secara efektif.

Event ini juga berfungsi sebagai media promosi yang efektif untuk pariwisata Sumatera Selatan, khususnya Palembang. Keunikan Lomba Bidar di Sungai Musi menjadi daya tarik tersendiri yang membedakaya dari perayaan HUT RI di daerah lain, menempatkan Palembang sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah yang wajib dikunjungi.

Persiapan dan Antusiasme Peserta

Di balik kemeriahan dan kegembiraan, tersimpan kerja keras dan disiplin yang tinggi dari para peserta. Tim-tim bidar, yang biasanya terdiri dari perwakilan instansi, komunitas, atau desa-desa sekitar, telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Latihan fisik intensif, sinkronisasi gerakan dayung, dan strategi balap menjadi fokus utama mereka.

Antusiasme peserta terlihat jelas dari semangat mereka saat berlatih dan berkompetisi. Mereka tidak hanya memperebutkan hadiah, tetapi juga kehormatan dan kebanggaan mewakili daerah atau kelompoknya. Sportivitas dijunjung tinggi, dan semangat persaudaraan senantiasa terjalin antarpeserta, baik sebelum, selama, maupun sesudah perlombaan. Kemenangan dirayakan bersama, kekalahan pun diterima dengan lapang dada sebagai bagian dari pembelajaran.

Lomba Bidar Sungai Musi adalah perwujudan sempurna dari semangat Kemerdekaan Republik Indonesia di kota Palembang. Lebih dari sekadar ajang balap perahu, ia adalah simbol persatuan, gotong royong, dan kekuatan komunitas. Tradisi ini tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas nasional dan menggerakkan roda perekonomian lokal.

Kehadiraya setiap tahun menjadi pengingat akan perjuangan para pahlawan dan pentingnya menjaga kebersamaan. Lomba Bidar adalah sebuah pesta rakyat yang meriah, yang menghidupkan Sungai Musi dan jiwa kota Palembang, sekaligus mengajak kita untuk terus memupuk semangat kemerdekaan dalam setiap aspek kehidupan. Mari saksikan dan rasakan sendiri kemeriahan Lomba Bidar di Sungai Musi pada perayaan HUT RI berikutnya!