Scroll untuk baca artikel
Ngakak

Garuda Muda vs Brasil, Saat Anak Kampung Menantang Dewa Bola

×

Garuda Muda vs Brasil, Saat Anak Kampung Menantang Dewa Bola

Sebarkan artikel ini
foto : pssi

BAYANGKAN begini, Sob ada sekumpulan bocah kampung yang baru belajar naik sepeda, masih oleng kiri kanan, tapi tiba-tiba disuruh adu kecepatan sama pembalap MotoGP. Nah, begitulah kira-kira suasana hati para pemain Timnas U-17 kita malam ini ketika harus berhadapan dengan Brasil di Piala Dunia U-17 2025.

Baru juga dua hari lalu keringat mereka belum sempat kering usai kalah 1-3 dari Zambia, kini anak-anak asuhan Nova Arianto harus bersiap menghadapi “raksasa samba” dari Amerika Selatan negeri yang sepak bolanya sudah mendarah daging sampai ke urat nadi.

Kalau kita ngomong Brasil, Sob, itu bukan sekadar tim. Itu institusi sepak bola dunia. Dari Pele, Ronaldo, Ronaldinho, sampai Neymar, semua lahir dari rahim sepak bola jalanan yang ajaib. Jadi wajar kalau wajah para pemain kita sedikit tegang menjelang laga. Tapi pelatih Nova Arianto dengan gaya kalemnya cuma bilang, “Brasil memang calon juara, tapi saya minta pemain jangan takut”.

Kalimat sederhana, tapi maknanya dalam.
Karena melawan Brasil bukan cuma soal menang atau kalah. Ini soal mental. Soal keberanian anak-anak muda Indonesia yang mungkin belum punya nama besar, tapi punya semangat sebesar langit.

Usai melawan Zambia, tim langsung fokus recovery. Istilahnya, bukan waktunya latihan berat, tapi waktunya ngademin otot dan ngebenerin napas yang masih ngos-ngosan. Fabio Azkairawan sempat cedera, tapi kata Coach Nova, kondisinya sudah membaik.

Nova tahu betul, lawan Brasil bukan soal lari kencang atau dribbling cantik semata. Ini laga yang bakal menguji nyali. Karena kalau Brasil udah main, bola bisa terasa kayak punya magnet nempel terus ke kaki mereka. Tapi di balik itu, Nova menekankan satu hal, yaitu percaya diri.

Dia nggak mau anak-anaknya minder duluan cuma karena lawan punya seragam kuning legendaris. Karena sejarah sepak bola sering kali ditulis oleh mereka yang berani melawan arus. Ingat Yunani juara Euro 2004? Atau Arab Saudi ngalahin Argentina di Piala Dunia 2022? Semua keajaiban itu berawal dari keyakinan.

Dan siapa tahu, malam ini gilirannya Indonesia.

Mari jujur, Sob. Secara statistik, Brasil bisa dibilang monster di level U-17. Kecepatan, teknik, visi permainan, semua di atas rata-rata. Tapi ingat pepatah lama “Gajah bisa tergelincir karena seekor semut”
Nah, Garuda Muda ini mungkin semutnya. Kecil, tapi kalau niatnya satu dan gigitannya pas, bukan mustahil bikin geger satu stadion.

Toh, anak-anak Nova bukan tanpa modal. Waktu lawan Zambia, mereka sempat unggul duluan lewat gol Zahaby Gholy. Artinya, potensi itu ada. Tinggal bagaimana menjaga fokus dan mental di sepanjang laga.

Karena lawan Brasil itu kayak nonton film horor, kalau panik, selesai. Tapi kalau bisa tenang, bisa-bisa malah kita yang bikin kaget mereka.

Bab pertama

Brasil memang dewa bola, tapi jangan lupa, kadang dewa pun bisa keseleo. Apalagi kalau lawannya main nekat, disiplin, dan punya keberanian tanpa takut gagal.

Pertandingan malam ini bukan cuma soal hasil di papan skor. Ini soal identitas, soal pembuktian bahwa sepak bola Indonesia punya masa depan. Bahwa di antara deru stadion Qatar, ada sekelompok anak muda yang membawa harapan satu bangsa.

Lihat saja wajah mereka masih remaja, tapi sudah memikul mimpi seluruh negeri. Mereka berlari bukan hanya demi poin, tapi demi rasa bangga kita semua.

Dan bagi kita, para penonton di rumah, jangan hanya berharap menang, tapi juga belajar menghargai proses. Karena sepak bola bukan matematika. Kadang yang logis justru kalah oleh yang punya hati.

Seperti pepatah “Besi ditempa karena panas, bukan karena dingin”. Begitu juga mental juara lahir dari kekalahan dan kesakitan, bukan dari pesta kemenangan.

Kalau malam ini hasilnya belum berpihak, ya sudah. Anggap saja ini bagian dari tempaan. Karena setiap juara besar, dulunya juga pernah jadi bahan bulan-bulanan di lapangan.

Nova Arianto mungkin bukan pelatih dengan CV berkilau, tapi dia punya sesuatu yang langka, keberanian untuk membentuk karakter anak-anak muda.
Dan karakter itulah yang akan jadi modal jangka panjang bagi sepak bola kita.

Selama mereka masih mau berjuang, menatap lawan tanpa gentar, menutup ruang tanpa menyerah, berarti masih ada harapan. Karena kemenangan sejati bukan saat skor 3-0, tapi saat kita tak menyerah meski tahu peluang tipis.

Malam ini, Garuda Muda akan bertarung melawan dewa bola. Tapi bukankah justru itu yang membuat sepak bola indah? Bahwa dalam satu malam, yang lemah bisa membuat yang kuat terdiam?

Kalau nanti peluit akhir berbunyi dan hasilnya tak seindah doa, jangan langsung murung. Karena mereka sudah melakukan satu hal yang tidak semua orang berani lakukan menantang Brasil tanpa gentar.

Dan siapa tahu, bola malam ini memilih berpihak kepada yang berani.
Karena dalam sepak bola, seperti juga dalam hidup, keberuntungan sering datang pada mereka yang tak takut bermimpi besar.

Maka, biarlah malam ini jadi bab pertama dari kisah panjang sepak bola Indonesia yang baru. Kisah tentang anak-anak kampung yang berani menantang dewa bola  bukan karena yakin menang, tapi karena mereka tahu, berjuang itu sudah setengah dari kemenangan.

Seperti kata pepatah Jawa, “Ngunduh wohing pakarti”  kita akan menuai buah dari apa yang kita tanam.
Dan malam ini, Garuda Muda sedang menanam keberanian.
Siapa tahu, besok lusa, buahnya bernama kejayaan.[***]