BERITAPRESS.ID, FAKFAK/Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat, KH Mulyadi Djaya, menyampaikan tiga poin penting saat memberikan sambutan dalam peringatan Hari Masuknya Islam ke Tanah Papua yang digelar di Fakfak, Kamis (7/8/2025). Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya menjadikan momen bersejarah ini sebagai bagian dari pendidikan, regulasi daerah, hingga pengembangan wisata religi.
1. Sejarah Masuknya Islam Harus Masuk Kurikulum
KH Mulyadi Djaya mengusulkan agar sejarah masuknya agama Islam ke Tanah Papua tidak sekadar menjadi catatan sejarah, tetapi diajarkan secara formal di sekolah-sekolah melalui kurikulum pendidikan.
“Ini penting tidak hanya untuk umat Islam, tapi juga bagi umat Kristen Protestan maupun Katolik agar generasi mendatang memahami sejarah hadirnya agama-agama samawi di Papua. Kita ingin semua anak Papua tahu bagaimana nilai-nilai agama masuk dan berkembang di tanah ini,” ujar Mulyadi.
Menurutnya, pemahaman sejarah ini menjadi pondasi penting untuk menumbuhkan sikap saling menghargai antarumat beragama sejak usia dini.
2. Perlu Didorong Masuk ke Peraturan Daerah
Selain aspek pendidikan, MUI Papua Barat juga mendorong agar peristiwa sejarah masuknya Islam ke Papua bisa diakomodasi dalam produk hukum daerah.
“Kita ingin nilai-nilai sejarah ini tidak hanya dikenang, tapi menjadi dasar hukum dan budaya yang memperkuat identitas Papua sebagai wilayah yang kaya toleransi dan spiritualitas,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya peran Peraturan Daerah (Perda), baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, bahkan dalam bentuk Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) yang mencerminkan kekhasan Tanah Papua.
3. Fakfak sebagai Destinasi Wisata Religi Dunia
Dalam poin ketiganya, KH Mulyadi mengangkat visi besar menjadikan Fakfak sebagai destinasi wisata religi dunia, mengingat nilai sejarah dan keberagaman yang dimilikinya.
“Tidak ada negara di dunia yang mampu menyatukan agama-agama langit secara harmonis seperti di Fakfak. Roma khusus untuk Katolik, Arab Saudi untuk Islam, dan Jerman untuk Protestan. Tapi Fakfak adalah rumah bersama untuk semua. Ini berkah luar biasa,” tuturnya.
Papua: Tanah Persatuan Agama Langit
KH Mulyadi menutup pidatonya dengan penegasan bahwa Papua khususnya Fakfak adalah simbol nyata persatuan spiritual yang patut dijaga oleh seluruh elemen masyarakat.
“Malam ini kita tidak hanya menyaksikan peringatan sejarah, tapi juga merayakan persatuan spiritual di atas Tanah Papua. Ini adalah berkah yang harus kita syukuri dan jaga bersama,” pungkasnya, (IB).