Scroll untuk baca artikel
Berita

Clifford Ndandarmana Dampingi Sekretaris PUPR PB Tinjau Akses Jalan ke Pulau Bone, Situs Sakral Masuknya Agama Katolik Pertama di Tanah Papua

×

Clifford Ndandarmana Dampingi Sekretaris PUPR PB Tinjau Akses Jalan ke Pulau Bone, Situs Sakral Masuknya Agama Katolik Pertama di Tanah Papua

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS.ID, FAKFAK/Setelah kunjungan terkait situs-situs keagamaan di Fakfak 5 juli lalu, Anggota DPR Provinsi Papua Barat Clifford H. Ndandarmana mendampingi Sekretaris PUPR Provinsi Papua Barat, Yohanes Momot, dalam kunjungan kerja ke Pulau Bone (Bonyom), lokasi yang akan menjadi titik akses pembangunan jalan menuju situs sakral masuknya agama Katolik di Tanah Papua.

Rencana pembangunan akses jalan tersebut dimulai dari Kampung Brongkendik, yang akan menghubungkan langsung ke Pulau Bone. Setibanya di lokasi, Yohanes Momot disambut hangat oleh para tokoh umat Katolik, di antaranya Bapak Diakon Didimus Temongmere, Bapak Fredy Warpopor, serta sejumlah tokoh orang tua yang juga terlibat dalam panitia pembangunan situs Katolik di Fakfak (Pulau Bone).

“Ketika turun langsung di lapangan dan ada gambar awal lewat konsultan lokal itu, kami sudah serahkan kepada Sekretaris PUPR Provinsi Papua Barat,” ujar Clifford.

Yohanes Momot pun memberikan komitmennya untuk segera menindaklanjuti rencana tersebut, (7/7/2025).

“Saya akan kembali ke Manokwari dan mencoba untuk merancang dan menggambarkan terkait jalan penghubung ke Pulau Bone. Nanti satu atau dua bulan ke depan saya akan mengirim tim untuk turun membuat gambaran secara riil, mudah-mudahan bisa masuk dalam pembahasan 2026,” kata Yohanes.

Lebih lanjut ia menegaskan, “Saya akan mendorong bersama-sama dengan catatan-catatan yang saya sudah ambil di Wos tentang apa yang mau dibangun oleh Pemerintah Provinsi.”

Clifford H. Ndandarmana juga menyampaikan bahwa wacana pembangunan infrastruktur ke Pulau Bone sebenarnya telah sampai ke Gubernur Papua Barat beberapa tahun lalu. Namun secara teknis kini mulai ditindaklanjuti oleh Dinas PUPR.

“Kami bersyukur karena Pak Yohanes Momot sudah langsung turun di tempatnya Pulau Bone. Beliau juga banyak berdiskusi dan menyampaikan keseriusannya untuk mulai membangun jalan, menggambar, perencanaan dan lainnya,” jelas Clifford.

Sebagai anak Papua yang memiliki pengalaman di bidang konstruksi jalan dan jembatan, Clifford menegaskan kesiapannya untuk mengawal penuh proyek ini.

“Bagi saya ini tidak masalah karena saya sudah terlibat dalam konstruksi-konstruksi jalan jembatan yang besar. Saya sebagai anak Papua akan serius untuk mengawal pembangunan jalan ke Pulau Bone (Bonyu),” tegasnya.

Sebagai informasi, Clifford juga merupakan bagian dari tim kunjungan situs keagamaan. Dalam waktu dekat akan ada dua momentum penting, yakni perayaan masuknya Islam di Tanah Papua pada 8 Agustus 2025 yang dipusatkan di Kampung Gar Tuare, dan perayaan masuknya agama Katolik pada 22 Mei yang situsnya ditetapkan di Pulau Bone (Bonyom).

“Sudah hampir 5 tahun kami sering merayakan hari ulang tahun agama Katolik di Tanah Papua (Fakfak) di Pulau Bone (Bonyu),” ujar Clifford.

Pihak PUPR juga telah meminta adanya master plan pembangunan karena terdapat beberapa spot penting yang perlu dikembangkan lebih lanjut, baik oleh pemerintah kabupaten maupun provinsi.

Fredy Warpopor menambahkan, “Dari Dinas Pariwisata sendiri sudah berikan sumbangan dari Dinas Pariwisata Fakfak. Ada beberapa titik spot yang masuk dalam pembangunan Dinas Pariwisata Fakfak.”

Ia juga menyebutkan bahwa saat ini umat Katolik dari kampung-kampung sekitar telah bergotong royong membangun Gua Maria di Pulau Bonyu.

Sementara itu, Diakon Didimus Temongmere menyampaikan harapannya agar semua umat lintas agama mendukung proses pembangunan situs ini.

“Saya mengajak semua umat baik umat Katolik, Muslim, Protestan, Hindu, dan Budha untuk bergandengan tangan dan saling mendukung sebagai wujud dari agama keluarga satu Tungku Tiga Batu, agar proses ini berjalan dengan baik, baik itu situs Islam, Katolik, dan Protestan.”

Ia menekankan bahwa Fakfak sebagai tuan rumah dalam perayaan hari besar agama adalah milik seluruh masyarakat Papua.

“Contohnya seperti Masinam, masuknya Otto dan Geisler, titiknya di Masinam tetapi mewakili surga Injil di Tanah Papua, artinya sama. Dan nantinya di Pulau Bonyom juga sama,” pungkasnya.

Ke depan, seluruh kegiatan keagamaan yang bersifat monumental ini juga direncanakan akan diatur dalam Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) agar menjadi bagian resmi dari identitas spiritual dan budaya Tanah Papua. (IB)