Ngakak

“Bakat Anak SRT 47 Tampil Heboh di Tengah Hujan Deras”

×

“Bakat Anak SRT 47 Tampil Heboh di Tengah Hujan Deras”

Sebarkan artikel ini
foto : kemensos

HUJAN mengguyur Malang Kamis itu, tapi anak-anak Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 47 Malang tampak kayak superhero yang baru keluar dari komik, basah kuyup tapi tetap semangat nge-gas di panggung. Serius, kalau hujan bisa ngomong, pasti udah nyelototin, “Eh, ini anak-anak niat banget ya bikin aku minder!”.

Acara digelar di BLK Singosari, kemarin, tapi suasananya lebih mirip pasar malam yang kebanjiran. Anak-anak tampil bergantian tarian tradisional, silat, pidato bilingual (bahasa Inggris campur bahasa Jawa, jadinya bahasa internasional lokal), baca puisi, sampai paduan suara yang kadang salah lirik tapi malah bikin ngakak penonton.

Bayangkan, ada anak lupa lirik, terus spontan menunjuk temannya sambil bilang, “Itu lo salah, bukan aku!”. Orang tua di barisan depan sampai meledak tawa, ada yang HP-nya sampai jatuh ke genangan kecil di lantai. Dan jangan tanya tarian tradisional ada gerakan anggun kayak daun jatuh, tiba-tiba terpeleset, tapi anak itu bangkit sambil gaya ‘singa galak’, tepuk tangan meledak.

Silat juga epic, pukulan presisi, tendangan tinggi… tapi ada satu yang nyasar ke tumpukan kertas pidato, bikin orang tua tepuk jidat sambil ngakak. Sementara pidato bilingual? Ada yang ngomong “I love my school… tapi kok hujan ya?”, langsung disambut tawa ngakak!

Di tengah kegaduhan itu, Menteri Sosial Gus Ipul hadir. Dengan gaya santai tapi tegas, ia bilang, “Sekolah Rakyat itu persembahan Presiden untuk keluarga istimewa. Di sini, anak-anak dibimbing guru di kelas, dan wali asuh di asrama. Tidak ada perundungan, tidak ada kekerasan, dan… tidak ada titipan!”.

Anak-anak tampak serius tapi sambil saling melempar senyum, kayak ngerti tapi pengin ngakak. Pepatah Jawa “Ajining dhiri saka lathi, ajining rogo saka busana,” di sini bisa ditambah, “ajining diri juga dari kemampuan ngelawak di panggung hujan”.

Momen absurd lain, paduan suara lagu Nasional. Beberapa anak salah nada, terus improvisasi pakai bahasa alien versi mereka sendiri. Orang tua sampai ngakak campur haru. Satu ibu bilang, “Kalau dulu aku bisa begini, mungkin aku sudah jadi selebgram!”.

Gus Ipul tak hanya memberi hiburan tapi juga pesan moral, anak-anak dipilih berdasarkan data, bukan titipan, dan semua keluarga istimewa.

“Layaknya durian matang keras di luar, manis di dalam. Begitu juga anak-anak kita,” katanya. Anak-anak saling pandang, menahan tawa tapi kayak ngerti maksudnya.

Selain itu, setiap anak punya peluang maksimal. Dari bahasa Inggris, membaca, kemampuan sosial semua dibimbing. “Kalau anak-anak bisa belajar sambil main, orang tua jangan cemas. Semua bakal kami bimbing,” tegas Gus Ipul.

Pesan moralnya jelas kesabaran dan bimbingan menumbuhkan potensi, bahkan dari anak yang salah lirik sekalipun.

Orang tua juga ikut jadi bintang komedi. Ada yang jungkir balik demi foto anak, ada yang panik HP ke air, ada yang menahan air mata sambil bilang, “Anakku ini jenius tapi lucu juga!”. Tawa jadi perekat antara orang tua dan anak, lebih manis dari gula merah dicampur kopi panas.

Acara ditutup dengan doa haru yang dipimpin orang tua. Semua berharap anak-anak sukses, membanggakan keluarga dan negara. Gus Ipul menambahkan, “Hormati orang tua kalian. Siapapun mereka, tetap sayangi dan patuhi. Hormat itu ibarat pelindung super, bikin kita kuat di segala medan hidup”.

Pesannya, hujan deras, salah lirik, tendangan silat nyasar… tidak ada yang bisa memadamkan bakat dan semangat. Pepatah lama bilang “Air tenang jangan disangka tak dalam”, tapi di SRT 47, air tenang kalah sama gelak tawa anak-anak.

Kalau suatu hari melihat anak menari di tengah hujan sambil salah lirik, jangan garuk kepala. Itu pertanda mereka belajar, berani tampil, dan siap jadi generasi yang bikin kita tertawa sekaligus bangga. Siapa tahu dari mereka lahir superstar nasional yang bisa tendang masalah hidup sambil joget kocak, ya.. kan?.[***]