ASN zaman sekarang gak cukup cuma hafal aturan dan jago tanda tangan surat. Di era digital, aparatur sipil negara juga dituntut punya branding diri, biar gak kalah saing sama influencer.
Pesan itu datang langsung dari Wakil Gubernur Sumatera Selatan H. Cik Ujang, saat menutup Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan XXI Tahun 2025 di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Sumatera Selatan, Senin (28/10).
Selain itu menurut Cik Ujang, ASN harus tampil profesional, adaptif, dan melek perubahan. “ASN sekarang bukan cuma bekerja, tapi juga mencerminkan wajah pemerintah. Jadi citra diri itu penting,” ujarnya.
Wagub bilang, juga, ASN zaman sekarang gak cukup cuma hafal SOP. Mereka harus bisa jadi wajah pemerintahan yang ramah, adaptif, dan siap nyemplung di lautan perubahan tanpa pakai pelampung.hahaha!!.[becanda..]
“ASN harus mampu memberikan pelayanan yang profesional, tepat sasaran, dan sesuai kebutuhan masyarakat,” ujar Cik Ujang dengan nada tegas, tapi tetap adem seperti AC ruang rapat.
Menurutnya, profesionalisme itu ibarat minyak di mesin birokrasi, kalau gak rajin diganti, bisa seret dan macet di tengah jalan. ASN yang unggul bukan yang paling sering rapat, tapi yang paling sering nyelesain masalah warga tanpa drama.
Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Transformasi Pembelajaran ASN LAN RI, Dr. Tr. Erna Irawati, menambah bumbu yang pas, ia menerangkan ASN juga perlu branding!, tapi bukan branding yang pakai filter estetik dan caption lebay, melainkan citra profesional yang konsisten dan bisa dipercaya publik.
“Gunakan media sosial secara bijak. ASN harus mampu membangun citra positif dan konsisten di berbagai media,” ujarnya, dengan nada seperti guru BK yang bijak tapi nyentil.
Erna bilang, zaman sudah berubah. Kalau dulu masyarakat kenal ASN dari papan nama di kantor, sekarang kenalnya dari konten di internet.
Jadi, kalau masih ada ASN yang main medsos cuma buat update foto makan siang dan status, waduhh..jadinya “capek kerja”. ya.. siap-siap kalah branding sama netizen yang lebih jago storytelling.
Dalam pelatihan selama tiga bulan ini, para peserta digembleng bukan cuma soal kepemimpinan, tapi juga bagaimana mengelola diri, tim, pekerjaan, dan perubahan.
Kalau kata pepatah, “ikan yang melawan arus itulah yang sampai ke hulu”. Begitu pula ASN, kalau cuma ngikut arus, gak bakal bikin perubahan.
Jujur saja, nih.. ASN itu manusia biasa. Bisa lelah, bisa salah, bisa juga salah kirim file ke grup keluarga (ups). Tapi di balik itu semua, ASN punya tanggung jawab moral yang berat yaitu melayani rakyat, bukan dilayani rakyat.
Branding ASN itu bukan soal pencitraan, tapi soal kepercayaan. Karena kepercayaan publik itu kayak kaca, sekali retak, susah disambung lagi.
Maka, kalau ASN bisa jadi teladan, itu udah branding terbaik. Tidak perlu konten viral, cukup pelayanan yang tulus dan hasil yang nyata.
Filosofinya begini, ASN itu ibarat pohon di tengah kota. Makin tinggi jabatannya, makin banyak angin yang datang, kadang angin pujian, kadang angin gosip. Tapi pohon yang kuat gak goyah karena angin, karena akarnya menancap dalam di integritas dan akuntabilitas.
Jadi, kalau mau branding kuat, akar harus sehat dulu. Jangan cuma ngurus tampilan luar, tapi lupa isi dalam.
Sementara itu, Kepala BPSDMD Sumsel Prof. Dr. H. M. Edwarjuliartha, S.Sos., M.M menyebutkan pelatihan berlangsung sejak 7 Juli hingga 28 Oktober 2025 dengan total 28 peserta dari 17 kabupaten/kota di Sumsel, plus satu tamu kehormatan dari Jambi.
Katanya, mereka bukan cuma pulang bawa sertifikat, tapi juga bawa tanggung jawab, jadi penggerak perubahan di tempat kerja masing-masing.
Atau bahasa sederhananya katankah… “jangan sampai ilmu PKN cuma dipajang di dinding, tapi gak nempel di hati” gitu dong!
Jadi, kalau mau dibilang ASN hebat itu bukan soal pangkat tinggi atau kantor besar. Tapi soal seberapa besar pengaruh positifnya ke masyarakat.
Karena di era digital, wajah pemerintah ya wajah ASN itu sendiri.
Kalau ASN-nya keren, cerdas, dan berintegritas, maka citra pemerintah juga ikut naik, kayak rating sinetron yang lagi trending.
Kalau ASN-nya lemot dan malas, ya… mohon maaf, citra pemerintah bisa turun lebih cepat dari sinyal WiFi saat hujan deras.
Oleh sebab itu, kata Wagub Cik Ujang, pelatihan ini bukan penutup, tapi pembuka jalan panjang menuju ASN yang bukan cuma pintar bekerja, tapi juga pintar menjaga citra diri dan nama baik negeri.
Kalimat terakhir biar nancep “ASN itu bukan robot birokrasi, tapi manusia yang punya nurani. Jadilah ASN yang bukan cuma tanda tangan surat, tapi juga menandatangani kepercayaan rakyat”.[***]





















