Scroll untuk baca artikel
Kuliner

Ampo, Camilan Unik dari Tanah Liat Khas Tuban yang Sarat Tradisi

×

Ampo, Camilan Unik dari Tanah Liat Khas Tuban yang Sarat Tradisi

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS.ID | Di tengah hiruk pikuk kuliner modern yang terus berkembang, Indonesia selalu menyimpan kejutan dengan sajian-sajian tradisional yang unik dan mungkin tak terduga. Salah satunya adalah Ampo, sebuah “kue” atau camilan yang tidak terbuat dari tepung terigu atau beras, melainkan dari tanah liat murni. Berasal dari Tuban, Jawa Timur, Ampo bukan sekadar penganan biasa, melainkan cerminan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih dalam tentang Ampo, mulai dari proses pembuataya yang khas hingga kontroversi seputar manfaatnya.

Apa Itu Ampo? Definisi dan Proses Pembuatan yang Unik

Ampo adalah makanan tradisional yang terbuat dari jenis tanah liat tertentu yang bersih dan bebas dari pasir atau kerikil. Secara harfiah, Ampo adalah bentuk pangan geofagia atau praktik mengonsumsi tanah. Di Tuban, tanah liat yang digunakan biasanya diambil dari lapisan tanah di bawah sawah atau ladang yang diklaim memiliki kualitas dan karakteristik khusus.

Proses pembuatan Ampo sangat tradisional dan membutuhkan keahlian khusus:

  • Pemilihan Tanah Liat: Langkah pertama adalah memilih tanah liat murni yang berkualitas, biasanya berwarna cokelat kehitaman dan lengket.
  • Pembersihan: Tanah liat tersebut kemudian dibersihkan dari kotoran, kerikil, dan akar-akaran. Beberapa pembuat Ampo merendam tanah dalam air untuk memisahkan impurities.
  • Pembentukan Awal: Tanah liat yang sudah bersih dan lembap lalu dipadatkan dan dibentuk menjadi balok-balok besar.
  • Pengerokan: Inilah tahap paling unik. Balok tanah liat tersebut kemudian dikerok menggunakan bilah bambu atau pisau khusus secara perlahan dan terus-menerus. Hasil kerokan ini akan membentuk lembaran-lembaran tipis melingkar atau gulungan seperti kulit.
  • Pengasapan: Lembaran Ampo yang sudah terbentuk kemudian diasap di atas tungku kayu bakar selama beberapa jam. Proses pengasapan ini tidak hanya mengeringkan Ampo tetapi juga memberikan aroma dan tekstur khas yang sedikit renyah. Penting untuk dicatat, Ampo tidak dipanggang dalam oven dengan suhu tinggi, melainkan diasap untuk menghilangkan bakteri dan memberikan aroma smoky.

Meskipun disebut “kue,” Ampo tidak mengalami proses pemanggangan seperti kue pada umumnya. Justru proses pengerokan dan pengasapan inilah yang membedakaya.

Sensasi Rasa dan Tekstur Ampo

Bagi yang baru pertama kali mencicipi Ampo, mungkin akan terkejut dengan sensasi rasanya. Ampo memiliki rasa yang sangat hambar, cenderung earthy atau seperti “bau tanah” yang bersih. Tidak ada rasa manis, asin, atau gurih yang dominan. Justru, daya tarik utama Ampo terletak pada teksturnya.

Saat digigit, Ampo terasa renyah di awal, namun kemudian lumer perlahan di mulut dengan tekstur yang halus dan sedikit lengket. Sensasi ini sering digambarkan sebagai campuran antara biskuit kering yang rapuh dengan sedikit kekenyalan. Beberapa orang menyukainya karena keunikan tekstur dan rasa ‘bersih’nya, sementara yang lain mungkin merasa aneh. Biasanya, Ampo dinikmati sebagai camilan santai, tanpa tambahan apapun.

Kepercayaan dan Manfaat Tradisional Ampo

Dalam masyarakat Tuban, Ampo bukan sekadar camilan unik, melainkan juga dipercaya memiliki beragam khasiat kesehatan. Kepercayaan ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal.

Beberapa klaim manfaat Ampo secara tradisional antara lain:

  • Mengatasi Gangguan Pencernaan: Ampo sering dikonsumsi untuk meredakan sakit perut, diare, atau gangguan pencernaan laiya. Dipercaya bahwa Ampo dapat menyerap racun dalam saluran pencernaan.
  • Sebagai Suplemen Mineral: Masyarakat meyakini bahwa Ampo mengandung mineral esensial yang dibutuhkan tubuh, seperti kalsium, zat besi, dan magnesium, yang berasal dari tanah liat itu sendiri.
  • Obat Demam: Pada beberapa kasus, Ampo juga digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan demam.
  • Untuk Ibu Hamil: Salah satu kepercayaan paling kontroversial adalah bahwa Ampo baik dikonsumsi oleh ibu hamil untuk mengurangi mual atau sebagai sumber nutrisi tambahan.

Catatan Penting: Penting untuk digarisbawahi bahwa sebagian besar klaim manfaat Ampo ini bersifat tradisional dan belum sepenuhnya didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Konsumsi tanah liat, meskipun diolah, tetap memerlukan kehati-hatian. Beberapa ahli kesehatan modern justru menyarankan untuk tidak mengonsumsi tanah liat karena potensi kontaminasi bakteri, parasit, atau kandungan logam berat yang dapat membahayakan tubuh. Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang hamil, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba Ampo.

Ampo dalam Bingkai Budaya dan Ekonomi Lokal

Terlepas dari kontroversi manfaat kesehataya, Ampo tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Tuban. Pembuat Ampo tradisional biasanya adalah perempuan paruh baya yang mewarisi keahlian dari nenek moyang mereka. Proses pembuataya yang rumit dan manual menjadikan Ampo sebagai bentuk kerajinan tangan kuliner yang bernilai tinggi.

Di Tuban, Ampo sering dijual di pasar tradisional atau warung kecil sebagai oleh-oleh khas. Keunikaya menarik perhatian wisatawan lokal maupun internasional yang penasaran untuk mencoba sensasi makan tanah liat. Ampo juga menjadi simbol kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara kreatif, sekaligus menjaga tradisi kuliner yang langka.

Ampo kue tanah liat dari Tuban adalah fenomena kuliner yang memadukan keunikan rasa, proses pembuatan yang tradisional, serta kepercayaan akan khasiat kesehatan. Sebagai warisan budaya, Ampo tidak hanya menawarkan sensasi mencicipi “tanah” yang bersih, tetapi juga mengajak kita merenungkan kekayaan tradisi Indonesia yang tak ada habisnya. Meskipun demikian, penting bagi konsumen untuk memahami bahwa manfaat kesehatan Ampo masih sebatas kepercayaan tradisional dan memerlukan kehati-hatian.

You cannot copy content of this page