BERITAPRESS, PALEMBANG | Debit air berlebihan di musim hujan dan pasang surut air sungai, masih menjadi kekhawatiran masyarakat di wilayah rawan banjir di Kota Palembang.
Terkait masalah itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Pelembang Ir H Ahmad Bastari Yusak ST MT IPM ASEAN-Eng, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengantisipasi wilayah pemukiman rawan banjir.
“Saat ini kami sedang mengantisipasi warga korban banjir. Artinya, kita akan menangkal penyebab banjir, meski kita tahu debit air yang datang itu akibat hujan deras dan air pasang. Tapi, paling tidak, kita akan mencari celah untuk menangkal tingginya air yang menyebabkan wilayah itu terperangkap banjir,” ujar Bastari, saat memimpin tim penanggulangan air di Lorong Selecta, Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Palembang, Minggu, 11 Februari 2024.
Menurut dia, fenomena alam yang terjadi memang tak dapat diantisipasi. Namun paling tidak, harus diupayakan dari sisi lain agar kehadiran banjir dapat diantisipasi.
“Ini yang kita upayakan, sehingga ruang parit dan anak sungai yang dangkal bisa kita keruk dan kita bersihkan,” ujarnya.
Terkait masalah itu, kata Bastari, setiap sepekan sekali PUPR Kota Palembang menurunkan tim kerja untuk membersihkan sungai dari lumpur dan sampah plastik yang dibuang masyarakat secara sembarangan.
“Saya minta agar masyarakat bisa menyadari sikap tak simpatik untuk tidak membuang sampah sembarangan di anak sungai dan parit-parit yang ada di sekitar kita,” harap Bastari.
Bastari juga menjelaskan bahwa untuk tujuan untuk mengantisipasi banjir, PUPR Kota Palembang mencoba menggandeng tim ahli dari Universitas Sriwijaya Palembang.
“Mereka bisa menakar sebab akibat terjadi pelimpahan air sungai dan percikan hujan dengan debit air yang tinggi,” pungkasnya.
Sementara itu, akademisi dari Departemen of Soil Science Faculty of Agriculture Universitas Sriwijaya Palembang Prof Dr Momon Sodik Imanudin SP MSc, mengatakan bahwa Sungai Musi yang mengalami pendangkalan itu sudah tak mampu lagi menampung air pasang yang datang.
“Akibat pendangkalan di bagian bawah sungai, mengakibatkan air yang datang akan melimpah jauh dari bibir sungai,” ujar Momon kepada media ini.
Keadaan inilah yang menyebabkan banjir yang melimpah ke pemukiman penduduk yang berdomisili di dataran rendah. “Makanya kerap kali terjadi banjir,” jelasnya.
Sendimentasi yang mengendap di dasar sungai, kata Momon, akibat pengikisan tanah karena hujan. “Keadaan buruk seperti itu terjadi bertahun-tahun, sehingga limpahan tanah itu menjadi sedimentasi yang membuat sungai menjadi dangkal,” urainya.
Dampak dari pendangkakan itu, kata Momon, tak hanya disebabkan pengikisan tanah saja, tapi diakibatkan adanya
pembuangan sampah rumah tangga.
Ketidaksadaran masyarakat inilah yang membantu terciptanya pendangkalan sungai, sehingga ketika air pasang hujan dengan debit air yang tinggi akan memperparah limpahan banjir.
“Ini yang akan kita pelajari agar ke depan tragedi banjir bisa kita antisipasi. Saya juga minta agar masyarakat berhenti untuk membuang sampah rumah tangga sembarangan, sehingga kondisi sungai akan tetap mampu menampung ketinggian air yang datang. (*)
Laporan Anto Narasoma