Ngakak

“Sentilan KPK Bikin Pejabat Sumsel Tegak Kursi”

×

“Sentilan KPK Bikin Pejabat Sumsel Tegak Kursi”

Sebarkan artikel ini
foto : ist

“Sentilan halus sampai pesan pedas, Rakor Anti Korupsi Sumsel berubah jadi momen para pejabat ngencangkan ikat pinggang integritas”

KALAU biasanya Rakor itu acara yang bikin ngantuk karena penuh sambutan, yang satu ini beda, bro.. begitu Pimpinan KPK masuk ruangan, suasananya langsung berubah menjadi kelas matematika pas guru killer yang mengajar masuk.

Kursi pejabat yang awalnyo agak selonjor, langsung tegak. Serius bener!. “Samo bae cak budak bujang waktu ketauan nyimpen rokok di saku celano” ya… kaget tapi pura-pura tenang.

Acara ini ngumpulkan seluruh kepala daerah se-Sumsel, kumpulan besar, mirip reuni keluarga, bedanya di reuni biasanya nanya, “Anak buah [anak] awak sudah berapo?”. Di sini, pertanyaannya lebih sakral. “Integritas sudah sampai di level mano?”.

Jadi kalau dilihat sekilas, ini kayak resepsi. Tapi setelah KPK ngomong? Wah…, berubah jadi ruang pengakuan dosa minus “lilin sama patung”.

Tapi biasanya KPK masuk dengan senyum, tapi isinya tetap rasanya pedas. Pimpinan KPK, Dr. Johanis Tanak, ngomongnya tenang. Tapi pesannya… sumpah… pedas tapi rapi.
Dengan suara kalem, beliau ngelempar kalimat klasik yang bikin udara ruangan langsung beda tekanan. “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.”

Ya..ibaratnyo bahaso Palembang nyo itu [“Makin tinggi jabatannyo, makin kuat pulo godaannyo. Kalau jabatannyo absolut, yo godaannyo jugo absolut”.]

Suasana jadi hening.
Macam listrik mati.
Semua pejabat yang tadinyo santai, langsung mengeras otot pipi, pura-pura senyum tapi tegang.

Memang bener lho jabatan itu kesannya indah, tapi banyak perangkap, betul nggak??

Kalimat itu setidak KPK sedang mengingat alias nyentil hal-hal yang sering bikin pejabat kepleset, misalnya soal janji politik,
konflik kepentingan, suap perizinan, dan titipan keluarga yang hobi cawe-cawe.

“Mak kato bahaso Palembang- nyo”. “Galo-galonyo mulai dari yang kecik dulu, lalu yang kecik jadi tabiat, dari tabiat jadi masalah besar.”

KPK bilang, jabatan itu memang enak. Tapi kayak martabak telor, enak kalau makan satu, tapi kalau rakus, kolesterol yang datang.

Integritas itu, kata KPK, harus dijaga.
Kalau tidak?
Jabatan itu berubah dari “amanah” jadi “jebakan Batman”.
Ibarat jalan di daerah yang belum diperbaiki, dari jauh keliatan mulus, pas didekati jeblos jugo masuk lobang.

Pepatah Palembang bilang. “Dak katek gulo di semut, tapi semut selalu cari gulo”
Artinyo? Godaan bakal datang terus. “Tinggal kitonyo kuat apo idak”?

KPK bilang lagi. “Pemimpin berintegritas bukan cuma bicara antikorupsi. Dia memastikan kewenangan tidak disalahgunakan”.

Nah!
Ini kalimat yang bikin banyak pejabat tiba-tiba minum air padahal tidak lagi haus.
Sentilan halus, tapi nusuk.

Tapi, Muba masuk dengan komitmen, Bupati Muba bilang mendukung penguatan MCP, memperbaiki pelayanan, memperketat pengawasan.

Bagus!
Karena Muba itu daerah kaya SDA dan seperti kata orang tua. “Makin besar rezeki, makin besar ujiannyo”.
SDA banyak itu bukan cuma berkah, tapi juga magnet kuat bagi godaan-godaan yang bentuknya macam-macam.

Nah, sebanarnya ini soal pelajaran yang nggak boleh lewat. Inti Rakor hari itu sederhana tapi menusuk, korupsi bukan cuma soal keberanian melakukan, tapi soal lemahnya sistem yang tidak dijaga.

Kata KPK. “Kalau sistemnya bagus, peluang korupsi itu sempit. Kalau sistemnya bocor, jangankan maling, angin bae bisa masuk”.

Itu kalimat sentilan yang perlu, gunanya biar tidak lengah, jadi Rakor ini bukan seremoni.
Ini alarm.
Alarm yang nadanya bukan tiiit-tiiit tapi “Ingatlah wahai pejabat, jabatan itu pinjaman, bukan hak milik”.

Kekuasaan itu indah. Tapi seperti memegang bara api, sebab kalau tidak hati-hati, bukan api yang padam, tapi tangan yang hangus.

Semoga sentilan dan wejangan di diklat sehari bersama KPK itu bikin semua kepala daerah di Sumsel bukan cuma tegak kursi… tapi juga tegak integritas.

Salam canda…
Salam makna…