Scroll untuk baca artikel
Ngakak

Hari Pahlawan: Musuh Bangsa Sekarang Malas & Rebahan

×

Hari Pahlawan: Musuh Bangsa Sekarang Malas & Rebahan

Sebarkan artikel ini
foto : Kemenpora.goi.d

PAGI di Taman Makam Pahlawan Kalibata dingin tapi penuh semangat. Sesmenpora Gunawan Suswantoro berdiri tegap mengikuti upacara Hari Pahlawan bersama Presiden Prabowo. Tapi yang bikin hati penulis nyengir, ada satu kalimat yang langsung nempel
“Musuh bangsa sekarang bukan lagi penjajah, tapi kemalasan, ketidakdisiplinan, dan rasa cuek”.

Dulu, pahlawan berjuang lawan serdadu bersenjata. Sekarang? Kita berjuang lawan alarm subuh yang bunyinya kayak konser rock tapi tetap kalah telak.

Kalau dulu bambu runcing jadi senjata pamungkas, sekarang senjata andalan anak muda banyak yang bantal guling lembut, empuk, bikin semua niat perjuangan lenyap.

Sekarang musuh bangsa datang dari dalam diri. Bentuknya halus scroll TikTok sampai dini hari, rebahan berkedok healing, menunda kerjaan dengan dalih “biar vibes dapet”

Merdeka bukan berarti bebas rebahan. Merdeka itu bebas dari kemalasan dan kebodohan diri sendiri. Kalau kemalasan menang, jangankan prestasi, mimpi aja bisa mandek di sofa.

Sesmenpora juga mengaitkan momen Hari Pahlawan dengan SEA Games 2025 di Thailand. Kalau dulu pejuang mengorbankan nyawa demi kemerdekaan, sekarang atlet mengorbankan waktu tidur demi prestasi.

Sama-sama capek, beda medan tempur. Pahlawan angkat senjata, atlet angkat barbel. Keduanya bikin bendera merah putih berkibar.

Kalau pahlawan dulu semangatnya kayak generasi rebahan sekarang, bisa-bisa kemerdekaan ditunda karena “lagi mager perang, besok aja deh”.

Selain malas, ada juga musuh kembarnya cuek. Banyak anak muda susah tersentuh idealisme. Dikasih isu sosial? “Bukan urusan gue” Dikasih peluang kerja keras? “Nggak sesuai passion.”

Padahal passion tanpa perjuangan cuma khayalan dengan filter Instagram. Bangsa ini nggak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang yang peduli.

Ibarat perahu besar

Bangsa ini ibarat perahu besar di tengah laut. Dulu ombak datang dari kapal penjajah, sekarang dari arus kemalasan dan badai cuek.

Kalau semua awak rebahan sambil main HP, jangankan tujuan, bisa-bisa perahu muter-muter sampai bensin semangat habis.

Maka, setiap anak muda harus jadi awak yang dayung, bukan penumpang yang berharap perahu jalan sendiri.

Sesmenpora benar, perjuangan pahlawan harus diteruskan oleh atlet dan generasi muda. Medan tempur kita sekarang lebih licin. Lawannya bukan senjata, tapi notifikasi. Musuhnya bukan penjajah, tapi rasa malas yang disamarkan dengan self-love berlebihan.

Kalau hari ini kamu punya tenaga, waktu, akal sehat, itu cukup jadi alasan untuk berjuang. Nggak perlu bambu runcing cukup lawan rasa malas tiap pagi, lawan keinginan menyerah, lawan pikiran negatif yang bilang kamu nggak bisa.

Karena pahlawan sejati bukan yang menaklukkan musuh, tapi menaklukkan dirinya sendiri.

Hari Pahlawan di Kalibata bukan cuma tabur bunga dan hening cipta, tapi nyalain semangat baru. Obor perjuangan berpindah tangan ke atlet, pemuda, dan kita semua yang masih ingin melihat negeri ini melaju lebih cepat dari rasa malas.

Kalau bangun pagi dan mikir “mager kerja”, ingat! dulu pahlawan berjuang supaya kamu hidup bebas, bukan bebas rebahan.
Dan jangan kaget kalau nanti pahlawan selanjutnya cuma bisa liat kamu dari layar HP!.[***]