BERITAPREDS.ID, FAKFAK/Pemerintah Kabupaten Fakfak secara resmi meluncurkan penerimaan setoran retribusi daerah dari komoditas unggulan Pala Tomandin. Peluncuran ini menjadi bagian penting dari strategi daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penguatan ekonomi lokal melalui sektor perkebunan. Acara launching dilakukan langsung oleh Bupati Fakfak, Samaun Dahlan.
Dalam laporannya, Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmoro J., ST, MT, menjelaskan bahwa retribusi daerah memiliki peranan penting sebagai sumber PAD,(15/5/2025).
“Kita tau betul, Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat penting dalam mendukung pembangunan daerah dan peningkatan pelayanan publik. Dan saat ini peningkatan pendapatan daerah merupakan salah satu konsen Bapak Bupati dan Wakil Bupati serta target utama program pembangunan termasuk investasi dalam Visi Misi Fakfak Membangun Bersama Rakyat (Membara),” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa peluncuran retribusi dari komoditas pala merupakan langkah konkret dalam mewujudkan visi dan misi tersebut.
“Oleh karenanya, peluncuran retribusi dari komoditas Pala ini sebagai bentuk langkah konkret dalam mewujudkan visi dan misi Fakfak Membara,” lanjutnya.
Menurutnya, program ini juga merupakan bagian dari capaian strategis Dinas Perkebunan Fakfak dalam mendukung program unggulan seperti Pala Unggul dan Distrik Berdaya.
“Launching ini juga sekaligus bagian dari perkembangan kinerja Dinas Perkebunan Fakfak terhadap intervensi beberapa sasaran penting. Dari sembilan program strategis daerah yang bersentuhan langsung dengan Dinas Perkebunan Fakfak yaitu Program Pala Unggul dan Program Distrik Berdaya untuk mewujudkan Satu Kampung Satu Produk/Satu Komoditas,” ujarnya.
Ia menyampaikan, komoditas pala bukan hanya unggulan dari sisi ekonomi, namun juga memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Fakfak.
“Pala tidak saja menjadi simbol daerah tetapi juga menjadi identitas budaya yang hidup, diwariskan dari generasi ke generasi, dan terus dijaga kelestariannya,” ujarnya.
Selain pala, terdapat 16 jenis tanaman endemik lainnya seperti kopi, kelapa, pinang sirih, lada, vanili, dan tembakau negeri yang juga menjadi potensi unggulan daerah. Bahkan, tanaman sawit kini mulai diolah menjadi CPO untuk industri pangan dan bioenergi.
Komoditas pala Fakfak juga telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis dari Kemenkumham RI dengan nama Pala Tomandin, yang memperkuat posisinya di pasar rempah dan wewangian.
“Saat ini Pala telah memiliki Indikasi Geografis yang diperoleh dari Kemenkumham RI dengan Nama Pala Tomandin sebagai Hak Kekayaan Intelektual yang memiliki nilai keunggulan komparatif dan memiliki keunggulan di bagian rempah-rempah dan wangiwangian,” ujarnya.
Luas lahan pala hingga tahun 2025 tercatat mencapai 18.659,26 hektar, dengan produksi mencapai lebih dari 1.632 ton per tahun. Penyebaran tanaman ini mendominasi di 15 dari 17 distrik di Fakfak.
Dari sisi nilai ekonomi, potensi keuntungan sangat besar:
“Perkiraan Nilai Jual Petani/Profit Pekebun Pala setiap tahun mencapai 151 milyar lebih. Untuk pedagang pengepul mencapai 159,5 milyar lebih dan untuk pedagang grosir antar pulau mencapai 209,6 milyar lebih,” jelasnya.
Widhi menekankan pentingnya kontribusi pelaku usaha pala grosir terhadap PAD:
“Sudah sangat wajar sumbangsih untuk Retribusi Daerah dari komoditas unggulan pala ini menjadi salah satu nilai tambah dalam rangka peningkatan PAD yang sudah harus dibantu oleh Bapak/Ibu para pedagang pelaku usaha pala grosir perdagangan antar pulau,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa retribusi dikenakan hanya kepada pedagang grosir atau eksportir yang mengirimkan produk keluar daerah, bukan kepada petani atau konsumen lokal.
“Retribusi daerah yang dikenakan hanya pada pedagang grosir atau pedagang antar pulau dan eksportir yang mengirim hasilnya keluar Fakfak, dengan dominasi tujuan perdagangan yaitu ke Surabaya dan Jakarta,” katanya.
Tarif retribusi juga disebut sangat kecil dan tidak membebani pelaku usaha.
“Kalau diestimasikan penarikan retribusi hanya 0,003 – 0,005 % dari nilai jual pala yang berlaku di pasaran. Jadi sangat kecil sekali, belum mencapai 1 persen dari harga jual produk,” ungkapnya.
Dalam 15 hari uji coba sejak 1 Mei hingga 15 Mei 2025, telah terkumpul setoran retribusi sebesar Rp110 juta dari delapan pelaku usaha, dengan total produk sebanyak 278,4 ton.
“Jika dihitung nilai kontribusi retribusi dari komoditas pala, optimis penerimaan dapat mencapai 781 juta per tahun,” ujarnya.
Terakhir, ia berharap ke depan sistem penyetoran bisa lebih efisien dan digital:
“Mudah-mudahan, ke depan ada inovasi dalam sistem penyetoran yang lebih efektif memangkas prosedur, termasuk kami di Dinas Perkebunan dan memanfaatkan digitalisasi, mempermudah pelaku usaha dalam kemudahan penyetoran retribusi,” tutupnya. (IB)