Ngakak

“Nova Arianto & Restart Timnas U-20, Dari Nol Jadi Ganas”

×

“Nova Arianto & Restart Timnas U-20, Dari Nol Jadi Ganas”

Sebarkan artikel ini
pssi

KALAU ente pernah buka warung makan baru, ente pasti tahu ribetnya bukan main, dari nyusun menu, cari koki, sampai bingung mau pakai cat tembok warna kuning kunyit atau hijau daun singkong. Situasi itulah yang sekarang dialami Nova Arianto, pelatih anyar Timnas U-20 Indonesia.

Nova ini ibarat pemilik warung yang baru ambil alih dari pemilik lama belum kenal pelanggan, belum hafal bahan baku, belum tau mana cabai yang pedas dan mana yang cuma gaya doang. Tapi tugasnya jelas bikin Timnas U-20 jadi tim muda paling berbahaya se-Asia Tenggara, kalau perlu se-Asia, kalau lagi percaya diri sekalian dunia.

Pasalnya dia baru memulai, yang dilakukan pertama bukan cari piring atau spatula, tapi buka seleksi dua gelombang. Persis seperti orang buka lamaran kerja lewat Google Form, tapi ini versi lebih sporty, lebih berkeringat, dan tentu lebih deg-degan.

Nova nggak mau sekadar nerusin apa yang sudah ada. Ia mau reset total, kayak hp lemot yang akhirnya rela di-restart supaya nggak nyangkut di logo saja.

Dia bilang dengan kharisma ala ayah-ayah tegas yang sabar tapi ganas jika dibutuhkan. “Saya mencari pemain yang cocok dengan gameplay dan filosofi yang kami bangun”.

Ini bukan soal fisik, bukan soal teknik, bukan soal terkenal atau enggaknya pemain. Nova mau yang ngerti cara main ala dia entah itu build up pelan, pressing barbar, atau pola kirimu mana kirimu??.

Intinya yang bisa ikut jalan pikiran Nova, bukan yang cuma bisa lari cepat atau gocek berputar, kayak spinner.

Satu pepatah yang pas buat kondisi ini “Air yang tenang jangan dikira tak dalam”
Banyak pemain yang mungkin tak viral, tak punya highlight TikTok, tapi ternyata punya otak sepak bola lebih encer dari bola kopi.

46 pemain datang ke Garudayaksa Football Academy, Kabupaten Bekasi dan 46 anak muda, usia 17-an, dengan mimpi sepak bola setinggi langit tapi stamina sering selevel baterai HP 10%.
Seleksinya padat pada 2–5 Desember gelombang pertama, lanjut 7–10 Desember gelombang kedua.

Mereka datang bukan cuma untuk unjuk skill, tapi untuk meyakinkan Nova bahwa mereka adalah menu wajib di warung barunya.

Nova ingin lihat mental, bukan cuma fisik, cara berpikir, bukan cuma kecepatan dan kecocokan gameplay, bukan sekadar gaya rambut

Kalau pemain ini warung, Nova sedang mencicipi apakah garamnya pas, apakah sambalnya nampol, ataukah malah hambar seperti mantan yang katanya sayang tapi ghosting.

Sepak bola Indonesia sering dianggap terlalu mengandalkan semangat alias tenaga, barbar, hajar saja.
Nova mau mengupgrade itu semua.

Dia ingin pemain yang bisa mengerti konsep, bisa menafsirkan strategi, dan bisa adaptif di bawah tekanan.

Memang nencari pemain yang bukan sekadar cepat, tapi juga tau kapan harus cepat. Bukan cuma bisa ngumpan, tapi tau kenapa harus ngumpan. Apalagi pola pikir modern main bola jangan kayak rebutan jajan di kantin, tapi seperti permainan strategi, ada rencana, ada tujuan.

Oleh karena itu,  Nova bilang tak peduli pemain berasal dari klub besar atau klub desa, yang penting cocok.

Ini seperti buka warung makan yang tak peduli lulusan perhotelan atau anak rumahan yang penting bisa masak sesuai resep.

Pondasi penting

Bahkan yang bikin menarik lagi, Nova dan Direktur Teknik PSSI, Alex Zwiers, sudah siapkan 11 uji coba sebelum kualifikasi Piala Asia U-20 2027.

Ini bukan persiapan biasa. Ini seperti band rock yang mau tur keliling Asia Tenggara untuk naik panggung besar.
Semua dicek, chemistry, ritme, kompak atau tidaknya personel.

Langkah jangka panjang ini menunjukkan U-20 tak lagi sekadar tim usia muda, tapi proyek serius jangka panjang.

Tim bukan cuma buat AFF semata, tapi persiapan menuju level Asia.

Kalau berhasil, ini bisa jadi era baru sepak bola Indonesia, era di mana persiapan tak lagi mepet, strategi tak lagi dadakan, dan pemain tak lagi dibentuk ala siapa yang kuat, itu yang main.

Oleh sebab itu, restart  dilakukan Nova bukan sekadar gaya-gayaan. Ini perlu, bahkan wajib. Selama ini Timnas usia muda sering naik-turun seperti harga minyak goreng. Kadang bagus, kadang ambyar.

Dengan restart total pemain baru = energi baru, filosofi baru = arah permainan jelas, rencana uji coba = jalan panjang yang terukur dan seleksi tanpa background = meritokrasi, bukan popularitas

Mulai sekarang, pemain tidak bisa hanya mengandalkan nama besar klub atau keturunan bibit unggul. Yang dicari kecocokan otak sepak bola dan kemampuan adaptasi terhadap filosofi pelatih. Pondasi ini penting untuk masa depan Timnas senior, karena generasi emas tak lahir dari keberuntungan, tapi dari fondasi yang benar.

Di tangan Nova Arianto, Timnas U-20 sedang memasuki era baru era di mana filosofi jadi fondasi, gameplay jadi nyawa, dan pemain dipilih berdasarkan kecocokan bukan ketenaran.

Restart total ini memang seperti membuka warung baru, ribet, melelahkan, penuh percobaan. Tapi jika menunya tepat dan kokinya pas, pelanggan bakal balik terus.

Begitu juga Timnas U-20, kalau pondasinya kuat, masa depan sepak bola Indonesia bisa lebih terang dari lampu stadion di pertandingan final.

Oleh karena itu perjalanan ini masih panjang, tapi langkah pertama Nova sudah benar merapikan dapur sebelum masak.
Tinggal lihat nanti, apakah hidangan bernama Timnas U-20 ini bakal jadi santapan lezat yang membuat lawan keringat dingin… atau justru jadi resep baru yang akhirnya mengubah wajah sepak bola Indonesia.

Yang jelas, restart ini bukan sekadar mengganti pemain tapi membangun ulang mimpi. Kalau kau mau, aku bisa buatkan versi berita pendeknya, versi caption IG, atau versi carousel media.[***]