Scroll untuk baca artikel
Ngakak

“Rupiah Lagi Yoga: Kadang Melentur, Kadang Kram-Tapi Tetap Berusaha Tenang di Tengah Angin Global”

×

“Rupiah Lagi Yoga: Kadang Melentur, Kadang Kram-Tapi Tetap Berusaha Tenang di Tengah Angin Global”

Sebarkan artikel ini
foto/ist/bi

KALAU bicara soal ekonomi ibaratnya sinetron, maka minggu ini Rupiah adalah tokoh utama yang sabarnya luar biasa. Di tengah angin global yang banyak dramanya, mulai dari inflasi AS sampai gejolak pasar obligasi dunia, si rupiah tetap berusaha tampil cool, meski sesekali kelihatan ‘ngelus dada’.

Nah, cerita ini bermula dari rilis resmi Bank Indonesia (BI) di laman bi.go.id soal Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah periode 10–14 November 2025. Tapi tenang… kita bahasnya nggak kaku kayak buku pegangan mahasiswa semester 1. Kita santai aja agar kopi tubruk tetap friendly dan  tetap ada daging analisanya.

Dari rilis BI tersebut, pada Kamis sore 13 November 2025, Rupiah menutup harinya di Rp16.720 per dolar AS.
Kalau Rupiah bisa ngomong, mungkin dia bakal nyeletuk. “Aku nggak melemah, cuma stretching… global lagi banyak angin puting beliung”.

Emang bener sih, situasi global lagi ribut, inflasi AS naik-turun kayak yoyo, pelaku pasar deg-degan nunggu sinyal The Fed, lalu geopolitik yang makin random. Jadi kalau Rupiah agak goyang dikit, itu wajar, ibarat orang kuat pun tetap bisa goyang pas lihat billing listrik bulan ini.

Tapi pagi Jumat, 14 November 2025, Rupiah menunjukkan jiwa atletiknya, dibuka menguat ke Rp16.690 per dolar AS.
Pelan..tapi so.. pasti,  kalau bahasa pepatahnya itu “Pelan-pelan asal selamat, yang penting tetap melaju”.hehehe..

Dari data BI, Yield SBN 10 tahun duduk manis di 6,12%. Ini kayak temen paling kalem di tongkrongan, nggak banyak drama, tapi kalau dia berubah, semua langsung curiga ada apa.

Di sisi lain, yield UST 10 tahun AS naik ke 4,119%.
Ini kayak tetangga sebelah mendadak renovasi rumah besar-besaran, ribut sedikit, tapi efeknya kemana-mana.

Lalu DXY melemah ke 99,16, yang analoginya seperti atlet tangguh lagi kram betis. Masih kuat, tapi lagi nggak di puncak performa.

Arus modal asing

Nah, bagian ini paling rame, dan BI juga menegaskan lewat rilisnya bahwa premi CDS 5 tahun Indonesia turun ke 73,51 bps. Artinya risiko dipandang lebih rendah. Bahasa sederhananya “Indonesia lagi kelihatan aman di mata pasar”. Tapi soal dana asing… itu lain cerita. Mereka ini, seperti mantan yang katanya pergi tapi diam-diam masih mantau.

Data BI mencatat (10–13 November 2025) Nonresiden jual neto Rp3,79 triliun.
Tapi dipecah begini Beli neto Rp3,92 triliun di saham. Jual neto Rp6,33 triliun di SBN. Jual neto Rp1,39 triliun di SRBI

Wow..ini pola klasik, “Masuk lewat pintu depan, keluar lewat pintu samping”

Sepanjang 2025 (berdasarkan setelmen s.d 13 Nov – sesuai rilis BI) Jual neto Rp37,24 triliun di saham. Jual neto Rp6,45 triliun di SBN dan Jual neto Rp140,40 triliun di SRBI

Jadi wajar kalau pasar kadang berasa kayak ayunan, naik dan turun. Modal asing memang unpredictable. Kadang mereka masuk sambil senyum, keluar sambil melambaikan tangan. “Jaga diri ya… kami balik lagi kalau cuacanya cerah”.hehe begitu emang..

Jadi, sebagai pembaca yang budiman, mungkin kamu nanya “Terus… ini bagus atau jelek?”

Jawabannya, campur aduk, tapi cenderung terkendali.

Kenapa? Ya…

1. UST naik, karena tekanan ke Rupiah meningkat

Investor global cenderung balik ke AS karena yield di sana naik.
Ini bukan karena Indonesia jelek, tapi karena investor global gampang FOMO.

2.DXY melemah, sentimen sedikit longgar

Kalau DXY drop, artinya dolar lagi ngos-ngosan. Ini membantu Rupiah dapat ruang napas.

3. Premi CDS turun, sebab kepercayaan atas Indonesia meningkat

Ini poin yang sering diremehkan, turunnya CDS menunjukkan bahwa risiko dinilai rendah, fundamental dinilai baik dan investor masih percaya Indonesia “nggak macam-macam”.

4. Arus modal zig-zag,  pasar global sedang ragu-ragu

Mirip orang yang lagi diet tapi lewat depan restoran padang.
Masuk-enggak… masuk-enggak… akhirnya beli sedikit nasi plus rendang doang.

Dalam rilisnya, BI juga menegaskan mereka memperkuat koordinasi dengan pemerintah serta menjalankan bauran kebijakan.

Ini versi santainya. “Tenang, bro. Kami nggak tinggal diam. Lagi jaga gawang supaya bola global yang nyasar nggak masuk ke gawang domestik”.

Strategi BI biasanya meliputi, stabilisasi nilai tukar, optimalisasi SRBI, penguatan operasi moneter dan komunikasi kebijakan (biar pasar nggak panik). Ibaratnya, BI adalah barista yang memastikan kopinya tetap nikmat meski listrik padam.

Jadi kesimpulannya nih.. Rupiah masih waras di dunia yang lagi nggak waras!

Dari rilis resmi BI, kita bisa tarik kesimpulkan juga Rupiah melemah lalu memantul. Pasar obligasi domestik stabil. Dolar global lagi nggak segalak biasanya dan Modal asing galau, tapi Indonesia dinilai aman

Oleh sebab itu Rupiah memang sedang “yoga”- kadang melentur, kadang kram, tapi tetap fokus pada keseimbangan.

Maka pepatah bilang. “Ke mana angin bertiup, ke situ rumput bergoyang”

Tapi bagi Rupiah “Meski angin kencang, aku tetap berdiri meski agak miring dikit”

Untuk minggu depan, apakah Rupiah akan kembali push-up atau malah ikut rebahan bareng pasar global?

Yang jelas, drama ekonomi dunia belum tamat. Tapi selama BI masih waspada, kita bisa nonton sambil nyemil tanpa perlu panik. Semoga tetap aman..[***]