Scroll untuk baca artikel
Berita

Penolakan Pengurus Pangkalan PTA: Maxim Ancam Penghasilan dan Budaya Ojek Pangkalan di Fakfak

×

Penolakan Pengurus Pangkalan PTA: Maxim Ancam Penghasilan dan Budaya Ojek Pangkalan di Fakfak

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS, ID FAKFAK/Kehadiran layanan ojek online Maxim di Kabupaten Fakfak menuai penolakan dari sejumlah pihak, salah satunya dari Pangkalan Tumburuni Atas (PTA). Melalui pernyataan resmi, pengurus PTA menyampaikan kekhawatirannya terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh beroperasinya Maxim di wilayah tersebut.

“Maxim dapat membunuh penghasilan ojek pangkalan dan juga berpotensi menjadi alat kejahatan di Kabupaten Fakfak,” tegas La Ja selaku pengurus PTA,(27/5/2025).

Dalam pandangannya, ojek online seperti Maxim sangat merugikan ojek pangkalan karena beberapa faktor, di antaranya tarif yang lebih murah dan proses pendaftaran yang terlalu terbuka.

“Kami sangat menolak hadirnya Maxim beroperasi di Kabupaten Fakfak. Pandangan kami bahwa ojol atau ojek online yang menggunakan Maxim masuk di Kabupaten Fakfak sangat berdampak merugikan bagi penghasilan kami sebagai ojek pangkalan.

Alasannya adalah pertama tarif Maxim itu murah, kemudian siapa saja bisa mendaftar menjadi ojol tersebut, yang pada akhirnya yang memang bukan berprofesi sebagai ojek pun dapat mendaftar dengan mudah. Kemudian jangkauan jelajah yang tidak terbatas ini juga dapat berpengaruh pada pendapatan kami sebagai ojek pangkalan, ini sungguh merugikan kami sebab kami yang ojek dimana menyewa motor untuk kami gunakan sehingga kami harus membayar sewa motor dan mencari penghasilan tambahan untuk keluarga, dan kini bisa berefek pada kesulitan ekonomi semakin bertambah,” ujarnya.

Ia juga menyoroti dampak ekonomi yang lebih luas karena keuntungan dari layanan Maxim tidak berputar di daerah.

“Efek lain pengaruh ekonomi lagi adalah uang dari dalam Fakfak dibawa keluar ke Rusia sebagai negara pendiri Maxim dan bukan berputar di Kabupaten Fakfak. Lain halnya jika ojol atau aplikasi ini diciptakan pemerintah Kabupaten Fakfak sendiri dengan melakukan pemetaan terhadap pangkalan ojek di Kabupaten Fakfak,” sambungnya.

Selain faktor ekonomi, aspek keamanan juga menjadi perhatian serius.

“Dampak buruk Maxim yang berpotensi sebagai alat kejahatan adalah yang pendaftarannya yang terlalu bebas. Kita kutip berita Google tanggal 26 Oktober 2024 di Kota Sorong, dimana pengemudi Maxim melakukan pemerkosaan terhadap penumpangnya. Nah, Fakfak sebagai kota yang aman akan berdampak apabila hal ini diizinkan.

Pertanyaannya, apakah dampak yang sama bisa terjadi pada ojek pangkalan…? Jawabannya potensinya sangat kecil karena setiap ojek pangkalan sangat mengenal anggotanya dengan baik, mulai dari ketua sampai seluruh anggota saling kenal mengenal dan tahu tempat tinggal hingga punya grup di WA,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa ojek pangkalan tidak hanya sekadar profesi, tapi juga bagian dari komunitas sosial yang saling peduli.

“Dampak positif ojek pangkalan adalah setiap iuran bulanan kami saling membantu apabila ada yang susah atau anak istri sakit. Kami kuatir kehadiran Maxim dapat mengikis budaya positif tersebut sebab mereka tak memiliki pangkalan dan keluarga atau bersifat kekeluargaan karena orientasinya hanyalah materi semata,” pungkasnya.

Sebagai penutup, La Ja berharap pemerintah daerah dapat lebih memberdayakan ojek pangkalan agar lebih terorganisir dan memberikan kontribusi pajak bagi daerah.

“Harapan kami kepada pemerintah daerah kalau bisa ojek pangkalan diorganisir secara baik dan pajaknya pangkalan bisa masuk ke pemerintah daerah,” tutupnya. (IB)