BERITAPRESS.ID | Songket, sebuah kain tenun tradisional yang kaya akan sejarah dan keindahan, selalu menjadi sorotan karena nilai estetik dan harganya yang fantastis. Di pasaran, sehelai Songket berkualitas tinggi bisa dibanderol mulai dari jutaan hingga puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Harga yang mencengangkan ini seringkali membuat banyak orang bertanya-tanya: apa sebenarnya yang membuat Songket begitu mahal dan istimewa?
Lebih dari sekadar selembar kain, Songket adalah warisan budaya yang tak ternilai, mencerminkan identitas, keterampilan, dan dedikasi para penenuya. Untuk memahami mengapa kain ini begitu berharga, kita perlu menyelami setiap lapisaya, mulai dari sejarah, proses pembuatan, hingga bahan baku yang digunakan.
Sejarah dan Filosofi Songket: Warisan Para Bangsawan
Songket telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara, khususnya di wilayah Sumatera seperti Palembang, Minangkabau, dan Melayu. Pada awalnya, Songket adalah busana eksklusif yang hanya dikenakan oleh raja, ratu, bangsawan, dan para pemuka adat. Fungsinya bukan hanya sebagai pakaian, melainkan juga sebagai simbol status sosial, kemewahan, dan kehormatan. Penggunaan benang emas dan perak pada tenunan Songket menjadi penanda kekayaan dan kemuliaan.
Setiap motif pada Songket memiliki makna filosofis yang mendalam, menceritakan kisah, harapan, atau nilai-nilai luhur suatu budaya. Misalnya, motif pucuk rebung melambangkan pertumbuhan dan kehidupan, sementara motif naga menggambarkan kekuatan dan kemakmuran. Kekayaan makna inilah yang membuat Songket bukan hanya kain, melainkan media ekspresi budaya yang hidup dan bernyawa.
Proses Pembuatan yang Rumit dan Memakan Waktu
Salah satu faktor utama yang mendongkrak harga Songket adalah proses pembuataya yang luar biasa rumit dan memakan waktu. Songket ditenun secara tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), yang membutuhkan keahlian dan ketelitian tingkat tinggi dari penenun.
- Persiapan Benang: Dimulai dari pewarnaan benang sutra atau katun dengan pewarna alami, hingga proses penggulungan dan penyusunan benang lungsi.
- Penyisipan Benang Emas/Perak: Proses inti adalah menyisipkan benang pakan emas atau perak dengan teknik tusuk menggunakan lidi atau jarum. Setiap helai benang harus diatur satu per satu untuk membentuk pola dan motif yang diinginkan. Ini dilakukan secara manual, benang emas atau perak tidak ditenun bersama benang utama, melainkan disulam atau disisipkan di antara benang-benang laiya.
- Waktu Pengerjaan: Untuk sehelai Songket berukuran selendang sederhana, bisa memakan waktu berminggu-minggu. Sementara untuk Songket dengan motif penuh dan rumit, seperti Songket Palembang asli atau Songket Minangkabau yang padat, pengerjaaya bisa mencapai berbulan-bulan, bahkan hingga satu tahun atau lebih untuk ukuran kain sarung atau selimut. Semakin rumit motif dan padat isian benang emasnya, semakin lama waktu yang dibutuhkan.
- Keahlian Penenun: Penenun Songket adalah seniman sejati yang telah mewarisi keterampilan ini turun-temurun. Keahlian mereka dalam menciptakan pola yang presisi dan rumit menjadi aset tak ternilai.
Bahan Baku Berkualitas Tinggi dan Langka
Kualitas bahan baku juga memainkan peran besar dalam menentukan harga Songket. Songket termahal umumnya dibuat dari bahan-bahan pilihan:
- Benang Emas dan Perak Asli: Banyak Songket premium menggunakan benang emas atau perak murni (bukan imitasi). Benang-benang ini tidak hanya mahal karena materialnya, tetapi juga karena proses pembuataya yang halus agar bisa ditenun menjadi kain. Kilauan alami dari benang asli memberikan efek mewah dan eksklusif.
- Sutra Murni: Sebagai benang dasar, sutra murni seringkali menjadi pilihan karena kelembutan, kekuatan, dan kemampuaya menyerap warna dengan baik. Sutra juga memberikan sentuhan mewah dan elegan pada kain.
- Pewarna Alami: Beberapa Songket tradisional masih menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, yang proses pengolahaya lebih kompleks namun menghasilkan warna yang lebih kaya dan tahan lama.
Desain dan Motif yang Unik serta Sarat Makna
Keunikan desain dan motif juga berkontribusi pada tingginya harga Songket. Setiap daerah penghasil Songket, seperti Palembang, Minangkabau, Bali, Lombok, atau Sambas, memiliki ciri khas motifnya sendiri. Motif-motif ini tidak hanya indah, tetapi juga mengandung nilai sejarah, adat, dan kepercayaan masyarakat setempat.
Kerapkali, setiap helai Songket yang ditenun adalah unik, tidak ada dua yang benar-benar identik, terutama jika dibuat secara manual oleh tangan. Ini menjadikaya karya seni tunggal yang memiliki nilai koleksi tinggi. Semakin langka atau historis suatu motif, semakin tinggi pula harganya.
Status Sosial dailai Investasi
Seiring waktu, Songket tidak hanya dianggap sebagai pakaian atau kain adat, tetapi juga sebagai barang investasi dan koleksi seni. Kemampuaya mempertahankan, bahkan meningkatkailainya seiring waktu, menjadikaya menarik bagi kolektor dan investor. Songket kuno atau yang pernah dimiliki oleh tokoh-tokoh penting bisa memiliki nilai jual yang sangat tinggi di pasar barang antik.
Selain itu, mengenakan Songket berkualitas tinggi seringkali menjadi simbol status sosial dan kebanggaan akan warisan budaya. Dalam acara-acara penting, Songket menjadi pilihan utama untuk menunjukkan martabat dan keanggunan.
Kesimpulan
Harga mahal Songket bukanlah sekadar angka, melainkan cerminan dari kompleksitas proses pembuataya, nilai bahan bakunya yang premium, kedalaman filosofi motifnya, serta keahlian luar biasa para penenuya. Setiap helai Songket adalah sebuah mahakarya seni yang menggabungkan ketelitian, kesabaran, dan dedikasi yang tinggi. Dengan memahami semua faktor ini, kita dapat lebih menghargai Songket bukan hanya sebagai kain, tetapi sebagai pusaka budaya yang harus terus dilestarikan dan dibanggakan oleh generasi mendatang.