Scroll untuk baca artikel
Ngakak

Ekonomi Biru, Gaya Baru Anak Muda Karawang

×

Ekonomi Biru, Gaya Baru Anak Muda Karawang

Sebarkan artikel ini

DI Karawang, tambak sekarang lebih sibuk dari warung kopi pas jam istirahat pabrik. Airnya bergerak, mesinnya berdengung, orang-orangnya semangat. Yang datang pun bukan sembarang tamu ia adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bareng The Dudas, Raffi Ahmad, Ariel Noah, Gading Marten, dan Desta.
Empat orang yang biasanya rebutan spotlight, kini rebutan pakai sepatu boot di tengah kolam nila salin.

Mereka datang belum lama ini ke Kerawang bukan buat gaya-gayaan, tapi buat nunjukin kalau tambak zaman sekarang bukan tempat orang tua mencari rezeki, tapi ladang baru buat anak muda yang mau nyemplung harfiah dan harapan sekaligus.

Sekarang, budidaya ikan di Karawang udah kayak main gim strategi.
Ada sistem intake air laut dan tawar, ada pengolah limbah (IPAL), bahkan ada pengaturan air otomatis.
Dulu tambak cuma ngandelin doa dan cuaca, sekarang udah pakai data.
Produksi naik gila-gilaan dari 0,6 ton ke 80 ton per hektare.
Iya, delapan puluh ton! Tambak yang dulu sepi, sekarang kayak startup baru, sibuk, produktif, dan punya visi global.

Ini yang disebut ekonomi biru  cara pintar cari untung tanpa bikin alam buntung. Laut dijaga, ikan dibudidaya, masyarakat dapat kerja.
Nggak perlu jadi konglomerat buat berkontribusi cukup bisa mikir berkelanjutan.

Banyak anak muda yang jago bikin konten, tapi panik kalau diminta bedain nila sama mujair.
Padahal, dunia perikanan sekarang udah gak kampungan lagi.
Semua serba digital, bersih, dan berpeluang gede.
Masalahnya cuma satu branding. Selama ini sektor ini kalah pamor dari bisnis kopi atau fashion.

Nah, di sinilah strategi KKP kena sasaran.
Begitu Raffi Ahmad dan gengnya nongol di tambak, langsung heboh.
Anak muda mulai ngelirik, media ramai, dan tiba-tiba ekonomi biru terdengar keren.
Bisa jadi ini cara paling efisien buat ngubah citra tambak  dari tempat lumpur jadi tempat peluang.

Dunia sudah melaut

Negara lain udah melaju sebut saja  Jepang, anak muda ngatur tambak lewat ponsel tinggal klik, debit air beres.
Norwegia ngajarin remaja budidaya salmon pakai drone.
Chile ngajak milenial lewat kampanye Fish Your Future.
Kenya bikin lomba budidaya ikan antar pelajar  yang menang dikasih modal, bukan piagam plastik.

Sementara Indonesia punya Karawang dimana tambak berubah menjadi laboratorium ekonomi biru, dan anak muda mulai lihat laut bukan cuma buat healing, tapi buat hidup.

Tambak nila salin di Karawang ini bukti bahwa inovasi gak selalu datang dari ruang rapat ber-AC.
Kadang, ide segar justru muncul dari lumpur yang diaduk dengan niat baik.
Lahan-lahan tidur disulap jadi sumber penghidupan, warga punya kerja, dan negara punya kebanggaan baru.

Kalau anak muda mau nyebur, peluangnya gede banget.
Gak perlu nunggu jadi pejabat buat bantu negara cukup bantu panen.

Ekonomi biru bukan sekadar istilah mentereng di podium, tapi gaya hidup baru, kerja produktif, alam tetap hidup.
Dan Karawang udah mulai duluan.
Karena masa depan gak cuma bisa dicetak dari keyboard, tapi juga dari jaring yang ditarik penuh keyakinan.

Toh, air tenang tak selalu tanpa ikan kadang di sanalah masa depan berenang. [***]