Scroll untuk baca artikel
Ngakak

“Gajah Seblat Marah, Hutan Bukan Tempat Selfie!”

×

“Gajah Seblat Marah, Hutan Bukan Tempat Selfie!”

Sebarkan artikel ini
Foto : Kehutanan.go.id

DI Bentang Alam Seblat, Gajah Sumatera lagi kesal berat, dan kalau mereka bisa ngomong, keluhannya nggak bakal cuma “aduh perambahan”, tapi kayak stand-up comedy live,hehehe!

“Brooo… serius deh, jalur migrasi gue dibuka orang seenaknya. Pohon tumbang, jalan gue ambrol, dan manusia selfie sambil bilang, “Eh gajahnya lucu!”. Lucu? Gue pengen mukul drone itu, bukan dijadiin filter Instagram!”.

Gajah itu bukan cuma badak lucu yang bisa joget ala TikTok. Mereka itu eco-engineer, penyebar biji, pembuat jalur air, perawat hutan.

Gangguan sedikit saja, semua ekosistem ikut kocar-kacir. Air bersih terganggu, pariwisata nyungsep, ekonomi lokal oleng. Hutan itu kayak ATM raksasa kalo saldo hilang, semua orang minus.

Si gajah mulai bercerita “Dulu gue bisa jalan santai, main-main sama burung, bahkan main petak umpet sama monyet. Sekarang? Jalanan gue dibuka manusia! Gue tanya, ‘Ini buat siapa?’ Mereka jawab, ‘Buat perambahan, mas!’ Gue bilang, “Bro, gue juga bayar iuran hutan, jangan cuma ikut trending TikTok!”.

Dia menepuk-nepuk tanah dengan belalainya, seakan bilang, “Ini rumah gue, bukan lokasi shoot YouTube”. Dan gajah punya filosofi sendiri “Kalau rumah tetangga dirusak, rumah sendiri juga bisa kena imbas”

Musim migrasi gajah itu panjang, puluhan kilometer. Mereka hafal setiap sungai, pohon, dan spot makan favorit. Sekarang, jalur favorit itu penuh lubang bekas perambahan.

Pepatah lama bilang “Dimana bumi dipijak, di situ gajah menginjak”. Sekarang versi modernnya “Dimana bumi dipijak, di situ manusia bikin TikTok ilegal”.

Helikopter pemerintah berputar-putar di atas kepala mereka. Beberapa gajah menatap, dengan ekspresi. “Teman atau musuh?”. Ada yang bilang, “Bro, gue cuma mau lewat, jangan ganggu!” .Tapi tentu saja, humor itu tetap menyimpan pesan serius.

Tim gabungan dari Kementerian Kehutanan dan TNKS turun ke lapangan. Mereka menandai jalur ilegal, menanam vegetasi baru, dan menyiapkan barrier tanaman yang nggak disukai gajah, seperti eucalyptus. Kalau gajah bisa ngomong, komentarnya pasti “ini menu favorit gue, tapi jangan ganggu dapur gue!”.

Gajah mulai menertawakan manusia dengan gaya stand-up. “Jadi gue lagi santai, tiba-tiba manusia buka lahan. Gue bilang, ‘Eh, ini jalan buat siapa?’ Mereka jawab, ‘Buat pembangunan, mas!’ Gue jawab, ‘Bro, gue juga bayar iuran hutan, jangan cuma ikut viral!’”

Dampaknya nggak cuma stres gajah. Ada sisi ekonomi juga. Air bersih terganggu, pariwisata macet, pertanian terganggu. Hutan rusak itu kayak kasir warung yang mogok total, semua orang kelaparan secara figuratif dan literal.

Gajah itu juga filosofis. Mereka ngajarin “Manusia dan hutan itu kayak pasangan suami istri, kalau salah satu nggak dijaga, yang lain ikut sakit hati”.

Jadi sambil ngakak, kita juga harus mikir, menjaga hutan sama dengan menjaga masa depan ekonomi, sosial, dan ekologi kita.

Rohmat Marzuki, Wakil Menteri Kehutanan, ikut meninjau. Dari perspektif gajah, dia kayak superhero helikopter: kadang jadi teman, kadang bikin panik. Gajah menatap serius, belalai diangkat “Oke Bro, gue kasih kesempatan. Tapi kalo jalur gue dibuka lagi, gue live streaming kemarahan gue di media satwa!”

Ada sisi ekonomi yang tak kalah penting, yaitu  hutan sehat bisa jadi sumber pendapatan lokal, wisata alam, produk hutan non-kayu, air bersih untuk pertanian.

Kalau koridor gajah hilang, pendapatan desa ikut lenyap. Hutan terganggu itu seperti kasir warung yang tiba-tiba tutup semua orang kelaparan.

Oleh karena itu, jadi gajah Sumatera di Seblat bukan cuma ikon satwa liar. Mereka penjaga ekologi sekaligus pahlawan ekonomi lokal.

Mereka mengingatkan manusia hidup itu saling bergantung. Kalau satwa stres, manusia juga ikut kena imbasnya.

Dan pesan terakhir dari si gajah boleh ngakak, boleh nyengir, tapi jangan sampai tawa itu merusak rumah gajah. Seperti pepatah lama “Sambil tertawa, jangan sampai hutan menangis”

Hutan itu rumah kita semua. Gajah itu tetangga paling bijak kadang lucu, kadang galak, yang ngajarin satu hal penting kalau mau ngakak, ngakaklah, tapi jangan sampai rumah orang lain terbakar karena kelalaian kita.[***]