BERITAPRESS, ID FAKFAK/Peringatan 665 tahun masuknya Agama Islam ke Tanah Papua digelar khidmat di Kampung Gar, Distrik Furwagi, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, pada Rabu (6/8/2025).
Dalam momentum bersejarah ini, Bupati Fakfak Samaun Dahlan, S.Sos., M.AP., dan Wakil Bupati Drs Donatus Nimbitkendik, M.TP., bersama rombongan melaksanakan ziarah ke makam Abdul Ghaffar. Ziarah ini menjadi bentuk penghormatan atas peran besar Abdul Ghaffar dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah tersebut.
Kampung Gar dipilih sebagai lokasi peringatan karena memiliki nilai historis dan spiritual yang kuat. Tempat ini dikenal sebagai salah satu titik awal penyebaran Islam di Papua, di mana agama ini berkembang secara damai dan berdampingan dengan tradisi lokal sejak awal kemunculannya.
Peringatan ini juga menjadi simbol peneguhan semangat toleransi dan persaudaraan di tengah keberagaman masyarakat Fakfak.
Prosesi napak tilas diikuti langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati, bersama para tokoh agama, tokoh adat, pemuda, dan masyarakat lintas latar belakang. Napak tilas menyusuri jejak Abdul Ghaffar, seorang mubaligh asal Aceh yang datang dari Pulau Was ke Kampung Gar pada masa lampau.
Bupati Samaun Dahlan menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi juga menegaskan kembali semangat damai Islam sejak awal masuk ke Papua.
“Pentingnya merawat warisan leluhur sebagai fondasi harmoni sosial di tengah tantangan zaman. Inilah jati diri Fakfak ‘Satu Tungku Tiga Batu’ simbol kebersamaan lintas iman dan budaya,” paparnya.
Ia juga menambahkan pentingnya momen ini bagi sejarah masyarakat Papua:
“Perayaan ini merupakan momen penting dalam sejarah kehidupan manusia, sejarah kehidupan Islam, lebih khusus Islam di Tanah Papua dan lebih khusus lagi di Kabupaten Fakfak, Kampung Gar, Distrik Furwagi.
Dengan hadirnya Islam di Papua sebagai Agama pembawa kesejukan hati, dan Agama pembawa kedamaian,” ungkap Samaun Dahlan.
Senada dengan hal itu, Wakil Bupati Donatus Nimbitkendik menekankan pentingnya toleransi antarumat beragama.
“Kegiatan ini menjadi pengingat toleransi adalah fondasi kehidupan bersama di Papua Barat. Momentum ini menyatukan kita sebagai satu keluarga besar Papua.
Ini bukan semata tentang Islam, tetapi tentang kita semua yang mencintai tanah ini,” ujarnya, (IB).