Scroll untuk baca artikel
Wisata

Telok Abang, Perahu Naga Palembang yang Kembali Memukau Dunia

×

Telok Abang, Perahu Naga Palembang yang Kembali Memukau Dunia

Sebarkan artikel ini

Warisan Sriwijaya yang Tak Lekang Zaman

BERITAPRESS.ID | Palembang, kota yang dijuluki “Venice dari Timur” ini tak hanya terkenal dengan Jembatan Ampera atau kelezatan pempeknya. Lebih dari itu, Palembang menyimpan kekayaan budaya maritim yang luar biasa, salah satunya diwujudkan dalam kemegahan perahu tradisional bernama Telok Abang. Perahu ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan sebuah mahakarya seni, warisan sejarah, dan simbol kebanggaan masyarakat Palembang yang terus hidup hingga kini.

Mengenal Lebih Dekat Telok Abang: Perahu Hias Khas Palembang

Telok Abang adalah perahu hias berukuran besar yang menjadi ikon kebudayaan Palembang, khususnya saat perayaan-perayaan penting di Sungai Musi. Ciri khas utamanya terletak pada bentuk haluan dan buritan yang dihias dengan ukiran detail dan lukisan berwarna cerah, menyerupai naga atau binatang mitologi laiya. Ukuraya bisa bervariasi, namun umumnya cukup panjang untuk menampung puluhan pendayung dan awak.

Tidak seperti perahu biasa, Telok Abang dirancang khusus untuk acara seremonial, perlombaan, dan arak-arakan. Setiap ukiran dan motif yang terpampang pada tubuh perahu memiliki makna filosofis mendalam, menceritakan tentang harapan, kekuatan, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan spiritualitas.

Jejak Sejarah dan Filosofi di Balik Keindahan Telok Abang

Sejarah Telok Abang tidak bisa dilepaskan dari peradaban maritim Kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya di Bumi Sriwijaya. Konon, perahu-perahu semacam Telok Abang pada masa lalu digunakan sebagai kapal perang, kendaraan raja, atau alat upacara keagamaan. Perahu ini menjadi representasi kekuatan dan kemakmuran sebuah kerajaan yang menguasai jalur perdagangan laut.

Seiring berjalaya waktu, fungsi Telok Abang bergeser. Setelah masa kerajaan, perahu ini banyak digunakan dalam perayaan keagamaan atau adat istiadat, seperti tradisi ngarak pengantin, arak-arakan Sultan, hingga perlombaan Bidar Tradisional yang populer saat ini. Peralihan fungsi ini juga diikuti dengan semakin berkembangnya seni ukir dan lukis pada perahu, menjadikaya sebuah pameran seni bergerak di atas air.

Filosofi di balik Telok Abang sangat kental dengan kepercayaan dailai-nilai lokal:

  • Naga atau Ular Mitologi: Seringkali digambarkan di bagian kepala perahu, naga melambangkan kekuatan, keberanian, kemakmuran, dan penjaga.
  • Motif Flora dan Fauna: Ukiran bunga melati, teratai, burung, atau ikan melambangkan keindahan alam, kesucian, dan keberkahan.
  • Warna-warna Cerah: Merah, emas, hijau, dan biru tidak hanya memperindah, tetapi juga memiliki makna simbolis seperti keberanian, kekayaan, kesuburan, dan kedamaian.

Proses Kreasi dan Detail Seni yang Memukau

Pembuatan Telok Abang adalah sebuah proses panjang yang membutuhkan keahlian tinggi dan ketelitian luar biasa dari para pengrajin. Umumnya, Telok Abang dibuat dari jenis kayu tertentu yang kuat dan tahan air, seperti kayu meranti atau kayu ulin. Setelah bentuk dasar perahu jadi, barulah masuk ke tahap paling krusial: pengukiran dan pengecatan.

Setiap detail ukiran, mulai dari sisik naga, mahkota di kepala perahu, hingga motif geometris di badan perahu, dikerjakan secara manual dengan alat pahat tradisional. Tak jarang, ukiran ini dilapisi dengan cat emas atau perada untuk memberikan kesan mewah dan agung. Setelah ukiran selesai, perahu diwarnai dengan cat-cat cerah yang tahan air, menciptakan kontras yang menarik dan memanjakan mata.

Bagian yang paling mencolok dari Telok Abang adalah hiasan kepala dan ekornya yang megah. Kepala perahu seringkali berbentuk kepala naga, burung garuda, atau kepala binatang buas laiya yang melambangkan kekuatan dan keagungan. Sementara itu, bagian buritan (ekor) juga dihias tak kalah indahnya, seringkali dengan ukiran yang menyerupai ekor naga atau bentuk lengkung artistik laiya.

Telok Abang di Era Modern: Antara Tradisi dan Pariwisata

Di era modern ini, Telok Abang tetap memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Palembang. Perahu-perahu ini menjadi bintang utama dalam perayaan tahunan seperti Festival Bidar Tradisional yang diselenggarakan setiap Hari Kemerdekaan 17 Agustus atau ulang tahun Kota Palembang. Lomba bidar adalah tontonan yang sangat dinanti, di mana puluhan pendayung beradu kekuatan dan kekompakan di atas perahu Telok Abang, berpacu di sepanjang Sungai Musi.

Selain sebagai sarana lomba, Telok Abang juga dimanfaatkan sebagai daya tarik pariwisata. Wisatawan dapat melihat langsung keindahan Telok Abang yang dipajang di tepi Sungai Musi atau di museum. Beberapa operator tur bahkan menawarkan pengalamaaik Telok Abang untuk merasakan sensasi berlayar di atas perahu legendaris ini, meskipun biasanya bukan Telok Abang yang digunakan untuk lomba, melainkan replika yang lebih kecil atau perahu yang dimodifikasi.

Keberadaan Telok Abang juga memberikan dampak ekonomi bagi para pengrajin lokal. Permintaan untuk restorasi perahu lama atau pembuatan replika baru, bahkan souvenir berbentuk Telok Abang, membantu melestarikan keahlian tradisional ini.

Tantangan dan Upaya Pelestarian Telok Abang

Meskipun Telok Abang masih lestari, bukan berarti tidak ada tantangan. Biaya pembuatan dan perawatan yang tinggi, sulitnya mencari kayu berkualitas, serta regenerasi pengrajin yang semakin berkurang menjadi isu-isu krusial. Dibutuhkan dedikasi tinggi dan dukungan berkelanjutan untuk memastikan warisan ini tidak punah ditelan zaman.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan Telok Abang, antara lain:

  • Penyelenggaraan Festival Bidar Tradisional secara rutin untuk menjaga semangat dan tradisi.
  • Pemerintah daerah dan komunitas budaya aktif melakukan revitalisasi dan perawatan perahu-perahu yang ada.
  • Pengadaan workshop dan pelatihan bagi generasi muda agar tertarik mempelajari seni ukir dan pembuatan Telok Abang.
  • Promosi Telok Abang sebagai ikon pariwisata untuk menarik minat wisatawan dan meningkatkan kesadaran publik.

Telok Abang adalah lebih dari sekadar perahu; ia adalah cerminan jiwa, sejarah, dan kebudayaan Palembang yang kaya. Melalui setiap ukiran, warna, dan bentuknya, Telok Abang bercerita tentang keagungan masa lalu, ketangguhan masyarakat maritim, dan harapan untuk masa depan. Dengan upaya pelestarian yang berkelanjutan dari semua pihak, Telok Abang akan terus mengarungi Sungai Musi, menjadi simbol kemegahan dan kebanggaan Bumi Sriwijaya yang tak lekang oleh waktu. (*)