BERITAPRESS.ID, JAKARTA | Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, memberikan apresiasi atas langkah progresif PT PLN (Persero) sebagai perusahaan Indonesia pertama yang masuk dalam perdagangan karbon internasional. Langkah ini menjadi bukti nyata komitmen PLN dalam memitigasi perubahan iklim sekaligus mendorong investasi hijau.
“Ini adalah langkah yang saya lihat cukup positif dan signifikan untuk mendorong investor luar negeri membeli carbon credit di Indonesia. Likuiditas ini nantinya akan masuk ke pasar domestik kita,” ujar Hashim dalam ESG Sustainability Forum 2025 yang digelar CNBC Indonesia, Jumat (31/1).
Hashim menjelaskan bahwa keputusan membuka perdagangan karbon luar negeri merupakan hasil rekomendasi tim yang ia pimpin bersama Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Kehutanan, dan Dewan Ekonomi Nasional kepada Presiden. Langkah ini memungkinkan pelaku pasar luar negeri berpartisipasi dalam bursa karbon domestik.
“Kita harus mengakui bahwa Indonesia memiliki banyak keunggulan, terutama di bidang kehutanan dan nature-based solutions, yang selama ini tidak bisa dinikmati oleh pelaku dalam negeri karena pasar yang tertutup,” jelasnya.
Menurutnya, pembukaan perdagangan karbon luar negeri akan menghidupkan pasar karbon nasional tanpa mengurangi pencatatan emisi di dalam negeri.
“Berdasarkan rapat yang saya pimpin kemarin, keputusan ini diambil agar likuiditas yang sudah siap di luar negeri bisa masuk dan menghidupi pasar karbon di dalam negeri, yakni IDXCarbon,” tambah Hashim.
PLN Siap Jadi Garda Terdepan Perdagangan Karbon
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa PLN bersama Pemerintah terus mendorong investasi hijau yang berdampak langsung pada pelestarian lingkungan. Salah satunya melalui perdagangan karbon sebagai solusi untuk mengatasi perubahan iklim.
“Perubahan iklim adalah persoalan global, sehingga membutuhkan solusi global. Peluncuran perdagangan karbon luar negeri ini menjadi langkah konkret PLN dan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis iklim yang semakin nyata,” kata Darmawan.
Selain melakukan offset emisi melalui bursa karbon, PLN juga aktif dalam perdagangan emisi secara langsung. PLN bahkan telah memiliki platform PLN Climate Click, yang sejak 2023 telah memfasilitasi transaksi perdagangan karbon di dalam negeri.
“PLN siap menjadi garda terdepan dalam upaya penurunan emisi dengan terus mengembangkan ekosistem perdagangan karbon di Indonesia,” tegas Darmawan.
Executive Vice President Transisi Energi dan Keberlanjutan PLN, Kamia Handayani, mengungkapkan bahwa PLN secara resmi memulai perdagangan karbon internasional pada Senin (20/1), setelah sebelumnya hanya beroperasi dalam pasar domestik sejak September 2023.
Pada perdagangan karbon internasional perdana ini, PLN menjual 1,78 juta ton CO2e Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) kepada offtaker luar negeri. Kamia menegaskan bahwa seluruh unit karbon yang diperdagangkan telah mendapat otorisasi dari Pemerintah guna menghindari risiko double counting.
“Perdagangan karbon ini mulai dibuka di bursa sejak 2023 dan baru diperluas ke pasar luar negeri pada 2025 ini. Dari sisi permintaan, 1,7 juta ton CO2e SPE milik PLN telah diotorisasi oleh Pemerintah untuk dijual ke luar negeri,” jelas Kamia.
Lebih lanjut, Kamia menambahkan bahwa pembukaan perdagangan karbon luar negeri awal tahun ini menjadi langkah strategis dalam menerapkan Artikel 6 Perjanjian Paris, sesuai dengan hasil Conference of the Parties (COP29) di Azerbaijan, November tahun lalu.
“Kami mengapresiasi langkah Pemerintah yang telah mengadakan rapat khusus sehingga akhirnya menyepakati pembukaan pasar karbon luar negeri. Ini merupakan langkah positif yang akan meningkatkan permintaan dan mendorong investasi hijau dalam negeri,” tutup Kamia.