Scroll untuk baca artikel
PalembangWisata

17 Agustus ala Palembang, Lomba Bidar, Panjat Pinang di Atas Sungai, dan Karnaval Perahu Hias!

×

17 Agustus ala Palembang, Lomba Bidar, Panjat Pinang di Atas Sungai, dan Karnaval Perahu Hias!

Sebarkan artikel ini

BERITAPRESS.ID | Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh penjuru Indonesia gegap gempita merayakan Hari Kemerdekaan. Bendera merah putih berkibar gagah, lagu-lagu nasional berkumandang, dan berbagai perlombaan rakyat digelar untuk memeriahkan suasana. Namun, di antara beragam tradisi yang ada, Palembang, kota pempek yang indah dengan ikon Jembatan Ampera-nya, memiliki cara unik dan khas tersendiri dalam menyambut hari bersejarah ini. Perayaan di Palembang tak hanya meriah di daratan, tetapi juga semarak di atas aliran Sungai Musi yang legendaris.

Semangat Kemerdekaan yang Mengalir di Sungai Musi

Suasana kemerdekaan di Palembang mulai terasa jauh sebelum tanggal 17 Agustus tiba. Lorong-lorong kampung dan gang-gang kecil dihiasi dengan umbul-umbul merah putih, bendera, dan lampion warna-warni. Anak-anak dan orang dewasa sibuk mempersiapkan berbagai lomba, mulai dari balap karung, makan kerupuk, hingga panjat pinang. Namun, yang membedakan Palembang dari kota lain adalah dominasi perayaan yang berkaitan erat dengan keberadaan Sungai Musi. Sungai ini bukan hanya jalur transportasi utama, melainkan juga panggung utama perayaan hari kemerdekaan.

Lomba Bidar: Pacu Adrenalin di Jantung Kota

Salah satu tradisi paling ikonis dan dinanti-nanti dalam perayaan 17 Agustus di Palembang adalah Lomba Bidar. Bidar adalah perahu tradisional khas Palembang yang memiliki bentuk ramping panjang dan dihias sedemikian rupa menyerupai naga atau ikan. Lomba ini mempertandingkan kecepatan dan kekompakan para pendayung yang berasal dari berbagai komunitas atau instansi.

Biasanya, Lomba Bidar dipusatkan di sekitar Jembatan Ampera, sehingga ribuan pasang mata bisa menyaksikan langsung dari tepian sungai atau dari atas jembatan. Sorak sorai penonton memecah keheningan sungai, menambah semangat para pendayung yang berjuang keras mengayuh bidar mereka menuju garis finis. Lomba Bidar bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan juga representasi semangat perjuangan, gotong royong, dan kegigihan, nilai-nilai yang sangat relevan dengan semangat kemerdekaan.

Panjat Pinang di Atas Air dan Lomba Perahu Hias

Panjat Pinang adalah lomba rakyat yang lazim ditemukan di seluruh Indonesia. Namun, di Palembang, Panjat Pinang seringkali digelar dengan sentuhan lokal yang unik: di atas air. Pohon pinang yang sudah dilumuri oli atau lumpur ditegakkan di tengah sungai, dan para peserta harus berjuang meraih hadiah di puncaknya sambil bergelantungan di atas permukaan air. Sensasi jatuh ke sungai tentu menambah keseruan dan gelak tawa penonton.

Selain Lomba Bidar dan Panjat Pinang di atas air, kemeriahan Sungai Musi juga diwarnai dengan Lomba Perahu Hias. Berbagai perahu nelayan atau perahu kecil dihias semenarik mungkin dengan tema kemerdekaan, flora, fauna, atau cerita rakyat. Perahu-perahu ini kemudian berparade di sepanjang sungai, menciptakan pemandangan yang indah dan penuh warna, seolah sebuah karnaval terapung di atas air.

Semangat Gotong Royong dan Aroma Kuliner Khas

Perayaan 17 Agustus di Palembang tak lepas dari semangat gotong royong yang kental. Masyarakat bahu-membahu membersihkan lingkungan, memasang dekorasi, dan mempersiapkan berbagai kegiatan. Tidak jarang, ibu-ibu menyiapkan hidangan khas Palembang dalam porsi besar untuk dinikmati bersama-sama setelah perlombaan atau acara selesai. Pempek, tekwan, model, laksan, dan berbagai jenis makanan lezat laiya menjadi pelengkap kemeriahan perayaan ini.

  • Pempek: Camilan berbahan dasar ikan yang menjadi ikon kuliner Palembang.
  • Tekwan: Sup berkuah bening dengan bola-bola ikan, bihun, dan jamur.
  • Model: Mirip tekwan, namun dengan isian tahu.
  • Laksan: Mirip pempek lenjer, disajikan dengan kuah santan merah.

Kebersamaan saat menyantap hidangan lezat ini memperkuat tali silaturahmi dan rasa persatuan di antara warga.

Pawai Budaya dan Pertunjukan Rakyat

Selain kegiatan di sungai, Palembang juga menggelar pawai budaya dan berbagai pertunjukan rakyat di daratan. Dari marching band hingga tarian tradisional, semua ditampilkan untuk memeriahkan suasana. Setiap kampung atau komunitas berlomba-lomba menampilkan kreativitas terbaik mereka, menciptakan atmosfer perayaan yang inklusif dan merangkul semua elemen masyarakat.

Tradisi menyambut 17 Agustus di Palembang adalah perpaduan unik antara semangat nasionalisme, kekayaan budaya lokal, dan kearifan masyarakat yang memanfaatkan potensi alamnya, Sungai Musi. Dari Lomba Bidar yang memacu adrenalin, Panjat Pinang di atas air yang mengundang tawa, hingga parade perahu hias yang memukau, setiap elemen perayaan di Palembang mencerminkan kegembiraan dan kebanggaan menjadi bangsa Indonesia. Ini adalah bukti bahwa kemerdekaan tidak hanya dirayakan dengan upacara formal, tetapi juga dengan pesta rakyat yang meriah, penuh makna, dan tak terlupakan.